Sabtu 05 Sep 2020 17:49 WIB

Sandiaga: UMKM Dimasa Pandemik Mulai Sekarat

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan UMKM dalam membentuk kolaborasi yang tepat

Pengusaha nasional Sandiaga Uno dan Anggota Komisi XI dari Fraksi Gerindra yang juga sebagai Founder Kahmipreneur Kamrussamad.
Foto: Istimewa
Pengusaha nasional Sandiaga Uno dan Anggota Komisi XI dari Fraksi Gerindra yang juga sebagai Founder Kahmipreneur Kamrussamad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa pandemik Covid-19 ini telah membuat banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang akhirnya gulung tikar. Kondisi ini menjadi perhatian khususberbagai pihak, Salah satunya tokoh pengusaha muda Indonesia Sandiaga Salahudon Uno. 

Sandiaga menegaskan, para pelaku UMKM mestinya bisa mengatasi pandemik ini dengan kolaborasi. Misalnya, mengolaborsaikan dua usaha berbeda dengan melengkapi kelemahan satu sama lain, sehingga kinerjanya dapat lebih efektif dan efisien dan keduanya mendapatkan win-win solution

Dalam kesempatan ini, Sandiaga juga menyoroti betapa pentingnya kolaborasi dalam bisnis dan berbagai manfaat dari kolaborasi tersebut. Seperti, menumbuhkan inovasi, membangun network, memangkas biaya bisnis, menyelesaikan masalah.

“Dari kolaborasi juga bisa belajar banyak hal baru dari mitra yang bisa meningkatkan kemampuan usaha kita menyampaikan value,” tegasnya pada webinar IYES Goes To Campus-DEMA UIN Alauddin Makassar dalam keterangannya yang diterima Republika.co,id, Sabtu (5/9). 

Menurutnya, sebanyak 99 persen ekonomi digerakkan UMKM  bahkan 97 persen lapangan kerja diserap UMKM dan 60 persen PDB ekonomi disumbang UMKM. Namun, hanya tiga dari sepuluh orang yang menjadi pengusaha. Selain itu, Kolaborasi usaha juga sangat penting bagi pengembangan usaha. 

Menurutnya, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam membentuk kolaborasi yang tepat dalam situasi new normal. Salah satunya adalah memperhatikan cakupan dan durasi kolaborasi karena kolaborasi bukan open-ended. Pastikan kolaborasi sesuai target.

Selain itu, penting pula untuk memperhatikan tren konsumen yang sangat dinamis dan berubah-ubah secara cepat dan maksimalkan digital marketing untuk menggaungkan kolaborasinya. Terakhir, perlu juga ditinjau melalui monitoring dan evaluasi dari kolaborasi kita.

“Kuncinya kita harus bisa beradaptasi dengan hasil outcome dan performa dari kolaborasi untuk menentukan whether to stop or lanjut,” kata Sandi.

Menurut dia, kolaborasi tidak harus dengan brand besar atau selebriti terkenal. Jika ada satu usaha yang memiliki proses produksi yang bagus, ketekunan atau konsistensi dari segi produksi, meski bukan brand besar maka jangan ragu untuk berkolaborasi. 

“Kolaborasi adalah bagian silaturahim, dimana pasti itu ada rezeki. Kita tunggu cerita-cerita sukses dari kolaborasi teman-teman,” tegasnya. 

Sandi juga menuturkan, ada tiga tips bagi usaha mikro, kecil, dan menengah  untuk dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Hal pertama bagi UMKM adalah melakukan pivot. "Satu, pivot. Kita ubah strategi dan model bisnis kita," tuturnya.  

Dengan melakukan pivot dengan mengubah sistem penjualan menjadi pre-order. Dengan begitu, UMKM akan menerima uang tunai terlebih dahulu. Konsep itu disebutnya sebagai cash is king.

Kemudian, uang yang telah diterima tersebut dikelola secara ketat dengan mengatur pengeluaran. Ini merupakan tips berikutnya. 

"Dengan pengelolaan keuangan yang ketat ini, risikonya juga turun, akhirnya ongkosnya juga turun, harga jualnya juga bisa turun sehingga mudah-mudahan bisa mendapatkan kesetiaan pelanggan," tegasnya. 

Lalu, tips terakhir Sandi menyarankan UMKM membangun jejaring komunitas untuk dapat bertahan. Terlebih lagi, terdapat tren yang sedang berkembang mengenai kebanggaan dalam menggunakan produk lokal. Tren itu yang dapat menjadi peluang pasar baru bagi UMKM. 

"Ini ada big emerging trend dan punya satu komoditas sendiri, ini yang disebut sebagai ekosistem. Akhirnya kita bisa bertahan karena ekosistem ini yang menjadi pasar kita," tukasnya.

Anggota Komisi XI dari Fraksi Gerindra yang juga sebagai Founder Kahmipreneur Kamrussamad menjelaskan, selama Pandemi ini ada sebanyak ada sebanyak 300.000 laporan dari para pelaku UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. Dari Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penlitian Ekonomi (P2E) menunjukkan adanya mengalami penurunan penjualan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akibat Covid-19

Berangkat dari data tersebut, dia mengherapkan, pemerintah bisa memberikan jalan untuk penumbuhan kembali. Dia menjelaskan, pemerintah saat ini telah mendorong bantuan produktif untuk usaha mikro melalui program PEN. 

“Program PEN dengan total nilai sebanyak Rp 123,46 triliun ini fase pengembangan UMKM, selanjutnya, yaitu regrowth, agar bisnis yang dijalankan oleh UMKM itu bisa sustain atau dapat berkelanjutan," ucapnya. 

Kamrussamad berharap, PEN yang disalurkan pemerintah bisa tepat sasaran dan diterima bagi mereka yang memang pantas menerimanya.  Dia menegaskan, diharapkan masyarakat bisa memanfaatkan ekonomi digital agar bisnis lebih efisien dan juga memperkuat sector bisnis yang mampu tumbu positif ditengah pandemic.

”Tapi ada juga tantangan seperti gelombang kedua Virus Corona Ketidakmerataan kebijakan PSBB dan ada juga Masalah geopolitik dan perang dagang,  Peningkatan Hutang melalui penerbitan surat berharga serta Kesiapan SDM,” tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement