Senin 07 Sep 2020 20:11 WIB

‘Kritik Penjajahan Israel tak Jadikan Anda Anti-Semit’ 

Kritik terhadap penjajahan Israel bukan berarti Anti-Semit.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Kritik terhadap penjajahan Israel bukan berarti Anti-Semit.  Tentara Israel berdebat dengan warga Palestina selama protes di Tepi Barat, di desa Yatta, dekat Hebron, 21 Agustus 2020.
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Kritik terhadap penjajahan Israel bukan berarti Anti-Semit. Tentara Israel berdebat dengan warga Palestina selama protes di Tepi Barat, di desa Yatta, dekat Hebron, 21 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah huru-hara global seputar Covid-19, Uni Emirat Arab menandatangani 'perjanjian damai' dengan Israel. Kesepakatan damai dengan negara yang tidak melawan, tidak memiliki sengketa perbatasan, dan yang tidak memiliki ancaman langsung ke Uni Emirat Arab.

 

Baca Juga

Kesepakatan damai yang secara resmi mengakui pendudukan wilayah Palestina dan melegitimasinya, dengan kedok bekerja menuju perdamaian yang sulit dipahami.  

 

Pandangan tersebut disampaikan kolumnis Hamzah Mahmud dalam artikelnya berjudul "Will the UAE's new deal with Israel stop Muslims visiting the country?", yang dimuat di Asian Image pada 5 September 2020. 

 

Menurutnya, kesepakatan yang dijalin Uni Emirat Arab dengan Israel tidak harus menjadi kejutan besar bagi Muslim atau pengamat politik Timur Tengah. Namun, itu menegaskan soal kurangnya loyalitas, kehormatan, dan prinsip-prinsip di negara-negara Timur Tengah dan para penguasa di sana.  

 

Sayangnya, kurangnya kejutan ini tidak mengurangi kesedihan atau keputusasaan saya atas genosida saudara-saudara Muslim kita oleh Israel. Jelaslah bahwa negara-negara Muslim yang membiarkan ini terjadi tepat di depan mereka, turut terlibat karena kehati-hatian politik dan keamanan finansial.  

 

Sudah jelas bahwa kesalahan itu salah, terlepas dari pelakunya, teman atau lawan. Kegagalan untuk menyebut kesalahan dan kejahatan di dunia membuat kita menjadi bagian dari masalah, bukan perbaikan. Untuk memparafrasekan, diam di hadapan ketidakadilan adalah keterlibatan.

 

“Maka saya ingin mengapresiasi Pakistan, atas pendiriannya yang berprinsip tentang masalah ini, serta negara-negara Muslim lain yang seperti itu. Saya tidak bermaksud agar ini menjadi cerita ulang sejarah yang patriotik. Saya telah mengkritik Pakistan karena banyak kegagalan dan kesalahan kebijakannya selama bertahun-tahun. Memang demikian.”

 

Rata-rata warga sipil di Pakistan, tidak seperti negara-negara Timur Tengah, akan membuat keributan dan dengan keras menentang gagasan seperti itu di Pakistan. Penyebutan kesepakatan akan menyebabkan keresahan publik.  

 

Musharraf (Presiden Pakistan 2001-2008) yang dipermalukan dan digulingkan telah menyarankan bahwa Pakistan memegang posisi yang tidak masuk akal yang bertentangan dengan kepentingan Pakistan, di saat negara-negara Timur Tengah semuanya memiliki kontak dengan Israel dan hubungan rahasia. 

 

Pernyataan ini di media menyebabkan demonstrasi publik yang besar. Diktator yang memerintah dengan tangan besi itu pun harus meringkuk dan mengeluarkan pencabutan atau penolakan. 

 

Orang-orang Pakistan akan dengan mudah mengorbankan posisi keuangan mereka dan makanan mereka selanjutnya daripada mencium tangan penindas yang terus memaksa orang Palestina untuk hidup dalam 'negara apartheid'. Ini bukanlah posisi anti-Semit. Ini membela apa yang benar.

 

Setiap kritikus Israel tidak boleh dicap sebagai anti-Semit karena ini bukanlah posisi anti-Yahudi yang dipegang orang. Dengan cara yang sama, kritik terhadap Arab Saudi dan pemboman brutal Yaman tidak membuat Anda anti-Muslim atau Islamofobia. Jika standar ini diterapkan secara massal, istilah apa yang digunakan untuk mendukung dan membela terorisme Israel? Istilah apa yang cocok untuk para pembela rezim apartheid genosida?  

 

Mungkin orang-orang yang berprinsip di negara-negara yang terus melawan Israel dan kejahatannya juga harus memperhatikan rezim Timur Tengah yang menjadi kaki tangan dalam kejahatan Israel. Jika Anda mengubah gambar media sosial Anda untuk mendukung negara-negara ini atau sekadar menunjukkan keinginan mendukung, maka perhatikan kejahatan negara-negara itu. Jika ingin berparade di sekitar negara-negara ini yang menganggap orang non-Arab, non-kulit putih sebagai warga negara kelas tiga, menghabiskan uang Anda, perhatikan apa yang Anda dukung.

 

Saya seorang Muslim dan saya merasa bangga bahwa tanah air saya akan memiliki tulang punggung untuk tidak menjual prinsip-prinsipnya atas darah orang Palestina. Kami dengan senang hati akan mengorbankan keuntungan ekonomi yang mungkin ditimbulkan oleh aksi jual seperti itu bagi kami. Jangan gampang terombang-ambing oleh jubah putih yang terurai dan janggut yang terawat rapi. Intip karakter mereka yang membantu penindasan saudara-saudari kita di Palestina.

 

 

 

Sumber: https://www.asianimage.co.uk/news/18700155.will-uaes-new-deal-israel-stop-muslims-visiting-country/ 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement