Selasa 08 Sep 2020 12:29 WIB

Hadapi Turki, Yunani Perkuat Senjata dan Rangkul Prancis

Yunani dilaporkan ingin meningkatkan kemampuan jet tempur.

Hubungan Turki dan Yunani memanas di Laut Mediterania Timur.
Foto: Reuters/ABC/Anadolu
Hubungan Turki dan Yunani memanas di Laut Mediterania Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani berencana untuk memperoleh senjata, meningkatkan angkatan bersenjata dan mengubah industri pertahanan. Demikian ditegaskan juru bicara Pemerintah Yunani pada Senin.

Hal tersebut dilakukan Yunani seiring ketegangan yang meningkat dengan Turki atas sumber daya energi di Mediterania timur. Yunani, yang keluar dari dana talangan internasional ketiganya pada 2018 dan telah berjuang dengan dampak ekonomi dari krisis virus Corona, ingin menghabiskan sebagian dari cadangan uang tunai multi-miliar euro untuk sektor pertahanannya.

Baca Juga

"Kami sedang dalam pembicaraan dengan sekutu untuk meningkatkan angkatan bersenjata kami," juru bicara pemerintah Stelios Petsas mengatakan kepada wartawan.

Ia menambahkan bahwa Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis akan menguraikan rencananya selama pidato kebijakan ekonomi tahunan pada Sabtu.

Seorang pejabat Pemerintah Yunani mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Yunani sedang dalam pembicaraan dengan Prancis dan negara-negara lain mengenai akuisisi jet tempur. Yunani juga telah mencoba selama lebih dari satu dekade untuk mengonsolidasikan dan memprivatisasi perusahaan pertahanannya yang merugi.

Mitsotakis akan bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Corsica pada Kamis, sebelum KTT para pemimpin Eropa Selatan (MED7) di pulau Corsica, Prancis. "Kedua pemimpin diperkirakan akan membahas hubungan Uni Eropa dengan Turki yang sedang tegang," kata kantor Macron.

Petsas mengatakan kerja sama di bidang pertahanan antara kedua negara juga akan menjadi agenda. Turki dan Yunani telah lama tidak sepakat tentang luas landas kontinen mereka.

Ketegangan meningkat bulan lalu setelah Ankara mengirim kapal eksplorasi ke perairan yang disengketakan disertai dengan kapal perang, beberapa hari setelah Yunani menandatangani kesepakatan maritim dengan Mesir.

Ankara sejak itu memperluas ekplorasi kapal di wilayah yang lebih luas, mengeluarkan pernyataan yang oleh Athena disebut ilegal.

Pemimpin konservatif Yunani membahas liku-liku terbaru dalam perselisihan dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, yang memimpin pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa, selama pembicaraan melalui telepon pada Senin. Michel akan mengunjungi Athena pada 15 September, kata Petsas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement