REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI -- Angkatan Bersenjata India membantah klaim komando militer China yang mengatakan pasukan India melanggar perbatasan dan melepaskan tembakan peringatan di wilayah Ladakh, Senin (7/9) malam. Militer India mengatakan justru pasukan China yang melepaskan tembakan ke udara dan mencoba mendekati pos perbatasan India.
Angkatan Bersenjata India merilis pernyataan rinci tentang apa yang terjadi di Ladakh. Mereka mengatakan militer China yang dikenal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) telah 'secara terang-terangan melanggar perjanjian dan melakukan manuver agresif'.
"Sementara India berkomitmen untuk melepaskan keterlibatan dan menurunkan ketegangan situasi di LAC(Line of Actual Control), China melanjutkan aktivitas provokasi untuk meningkatkan ketegangan, Angkatan Bersenjata India tidak melewati garis LAC atau melakukan tindakan agresif apa pun termasuk menembak," kata militer India seperti yang dikutip India Today, Selasa (8/9).
Dalam pernyataan tersebut militer India dengan tegas mengatakan PLA secara terang-terangan melanggar perjanjian dan melakukan manuver agresif. Sementara proses militer, diplomatik dan politik sedang berjalan.
Militer India mengatakan dalam peristiwa 7 September 2020, pasukan PLA yang mencoba masuk ke salah satu posisi pasukan India di LAC. "Dan ketika diminta mundur oleh pasukannya sendiri, PLA melepaskan beberapa tembakan ke udara untuk mengintimidasi pasukan mereka sendiri, tapi terlepas dari besarnya tekanan provokasi, pasukan kami menunjukan sikap menahan diri dan sikap dewasa dan bertanggung jawab," tambah militer India dalam pernyataan tersebut.
Militer India mengungkapkan Angkatan Bersenjata India berkomitmen menjaga perdamaian dan ketenangan di kawasan. Namun juga akan melindungi integritas dan kepentingan nasional berapapun harga yang harus dibayar. "Pernyataan dari Komando Teater Barat (China) mencoba menyesatkan publik domestik dan internasional," tambah militer India.
Sebelumnya Angkatan Bersenjata China mengatakan tentara India menyeberang ke wilayah mereka. Negeri Tirai Bambu mengecam tindakan tersebut sebagai 'provokasi militer serius'.
Sejak bulan Mei lalu dua kekuatan nuklir itu terlibat dalam ketegangan di daerah sengketa Ladakh. Pada Jumat (4/9) lalu menteri pertahanan kedua negara bertemu di Moskow, Rusia. Pertemuan tersebut menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama kedua negara sejak ketegangan terjadi.