REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Pupuk Indonesia (Persero) berkomitmen memperkuat produktivitas pertanian melalui sinergi dalam BUMN Corporate Farming. Hal ini disampaikan Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto saat meninjau proyek percontohan corporate farming seluas 1.000 hektare yang dikembangkan BUMN Klaster pangan dan pupuk di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Kamis (10/9).
Nugi mengatakan pengembangan corporate farming yang melibatkan empat BUMN yaitu PT Pupuk Kujang sebagai anak perusahaan dari Pupuk Indonesia, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero) bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dari hulu atau produksi hingga hilir atau pemasaran.
Nugi mengatakan pembahasan tentang corporate farming sudah ada sejak lama dengan berbagai nama, di antaranya PT Petrokimia Gresik juga pernah mengembangkan Proyek Agribisnis yang mirip. Kata Nugi, Corporate Farming juga gencar dikampanyekan Profesor Bungaran Saragih sewaktu menjadi Menteri Pertanian, namun pengaplikasian dengan sinergi berbagai BUMN baru pertama kalinya dilakukan di Sukamandi di lahan Sang Hyang Seri.
"Pengembangan proyek percontohan ini akan menjadi salah satu concern untuk Pupuk Indonesia, khususnya sebagai agrisolution untuk mendukung ketahanan pangan nasional," ujar Nugi.
Nugi menilai dengan adanya pendampingan serta dukungan BUMN Klaster Pangan dan Pupuk dalam program ini, tingkat produktivitas di lahan tersebut mencapai target peningkatan sekitar 40 persen. Dari yang semula 6 ton per hektare menjadi 8,5 ton per hektare sehingga dari luas 1.000 hektar dapat diperoleh 8.500 ton Gabah Kering Panen (GKP).
Dalam skema bisnis corporate farming tersebut, Direktur Utama PT Pupuk Kujang Maryadi mengatakan, BUMN yang terlibat menjalankan harus secara optimal menjalankan peranannya sesuai dengan inti bisnis masing-masing. Maryadi menyebut peranan Pupuk Kujang dalam pemupukan berimbang, sedangkan Sang Hyang Seri berperan sebagai penyedia lahan & pemilihan benih, dan Pertani berperan dalam pengolahan benih dan penyerapan gabah, sementara RNI bertugas pada proses pendistribusian dan pemasaran produk.
"Kami berharap pengembangan corporate farming sinergi BUMN ini dapat mewujudkan suatu usaha pertanian yang mandiri, berdaya saing, dan berkesinambungan melalui pengelolaan lahan secara korporasi," ujar Maryadi.
Komisaris Sang Hyang Seri Wignyo berharap proyek percontohan Corporate Farming bisa dirasakan manfaatnya oleh petani pada umumnya. Wignyo menilai petani bisa belajar mengenal pertanian modern dan memperlakukan lahan dengan baik dan pola cocok tanam yang benar sehingga memberikan hasil optimal.
Wignyo mengatakan corporate farming tak hanya memberi manfaat bagi korporasi, melainkan juga menjadi rujukan pengolahan lahan, pola budi daya, dan proses pascaproduksi yang benar sehingga petani lain bisa menduplikasi dalam skala lebih kecil. "Tim corporate farming suatu harus mempersiapkan metode baku dan memberikan bantuan teknis kepada petani lainnya," kata Wignyo.