Senin 14 Sep 2020 06:02 WIB

Tonali Paket Lengkap untuk i Rossoneri

Pesepak bola berusia 20 tahun itu melegasikan dirinya sebagai fan sejati i Rossoneri.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Agung Sasongko
Gelandang Brescia, Sandro Tonali tengah jalani latihan, Senin (1/6).
Foto: EPA-EFE/SIMONE VENEZIA
Gelandang Brescia, Sandro Tonali tengah jalani latihan, Senin (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Lahir di Lodi, sebuah kota di sebelah utara Italia, Sandro Tonali tumbuh di tengah kehangatan dan kesederhanaan keluarga. Prosesi sepak bolanya berawal di tim junior Piacenza saat masih berusia 9 tahun.

Hanya saja, krisis keuangan di Piacenza membuat pesepak bola kelahiran 8 Mei 2000 hanya bertahan selama tiga musim, dan memutuskan untuk merapat ke tim junior Brescia. Di sana, menjadi awal dari segala hal bagi Tonali. Pelatih muda Brescia mengubah posisi Tonali dari second striker menjadi deep-lying maker, posisi yang dahulu melekat pada maestro Andrea Pirlo.

Baca Juga

Tumbuh di klub yang sama dengan atribut yang tak jauh berbeda, publik La Nazionale, Italia, mengklaim Tonali sebagai the Next Andrea Pirlo. Postur tubuhnya, pergerakannya, hingga rambutnya yang menggontai ke kanan-kiri saat menggiring bola membuat Tonali berada di bawah bayang-bayang il Maestro.

Tonali boleh dibilang perwujudan dari Pirlo, namun yang pasti limitasi atletisnya jauh lebih baik dari pelatih Juventus tersebut. Kecepatan, kelincahan, pun kekuatannya saat berduel dengan lawan tak ada dalam sosok Andrea (Pirlo).

Pelatih Brescia kala itu, Carlo Mazzone memutuskan menarik Pirlo lebih ke dalam, sebagai mezzala. Titah Mazzone mudah, Pirlo hanya diberikan mandat bermain sepertiga lapangan, antara garis tengah dan kotak penalti tim. Dengan begitu, kekuranganya dalam urusan adu kecepatan dapat teratasi.

Pirlo sendiri bukan sosok pemain yang over komplikasi. Ia pemain yang minim atraksi tanpa banyak menunjukkan skill olah bola, layaknya Kevin De Bruyne, pun Andreas Iniesta, hanya saha yang dibutuhkan timnya saat itu adalah sentuhan magis dari bola-bola panjang milik Pirlo.

Hal itu jelas berbeda dengan Tonali, pemilik nomor punggung 8 di klub barunya AC Milan merupakan tipikal pemain pekerja keras, sosok grinta. Sentuhan magisnya bisa diakui selevel dengan Pirlo, tapi Tonali mengultuskan dirinya sebagai penggemar berat Gennaro Gattuso.

"Ia adalah kombinasi antara karakteristik saya dan beberapa pemain lainnya," kata Pirlo beberapa waktu lalu.

Pirlo bukanlah sosok Milanisti sejati, ia bergabung dengan Milan karena tak mendapat kesempatan bermain di Inter Milan. Hal yang juga berbeda dari Tonali. Pesepak bola berusia 20 tahun itu melegasikan dirinya sebagai fan sejati i Rossoneri.

Selain menolak tawaran Barcelona, Manchester United, Inter Milan, pun Juventus. Tonali menegaskan dirinya hanya ingin bermain untuk Milan dan mengenakan jersey bernomor punggung 8 milik Gattuso. Dirinya didatangkan oleh Milan dengan status pinjaman selama semusim dengan biaya awal 10 juta euro, dan tambahan 20 juta euro di akhir musim. 

Impian pemilik tiga caps bersama timnas Italia untuk berseragam Rossoneri juga ia gambarkan dalam akun resmi Instagramnya. Saat itu, Tonali memajang foto masa kecilnya saat berkostum Merah Hitam.

Kehadiran Tonali merupakan bukti keseriusan dinasti Milan, di bawah kepemimpinan Elliot Management Invesment. Bersama CEO Ivan Gazidis, dan direktur olahraga Paolo Maldini mereka memiliki tujuan untuk kembali membawa i Rossoneri berjaya di level domestik, dan internasional.

Tak hanya Tonali yang merapat ke Stadion San Siro,Milan juga berhasil menjaring playmaker muda Real Madrid, Brahim Diaz, dan terus bermanuver secara senyap untuk memperkuat skuat pelatih Stefano Pioli. Praktis mendatangkan Tonali merupakan keuntungan besar bagi Milan. Pasalnya, Tonali merupakan pemain paket lengkap yang dibutuhkan i Diavolo Rosso.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement