Kamis 17 Sep 2020 11:53 WIB

Petugas Jaring 7.003 Pelanggar Protokol Kesehatan di Jatim

Pelanggaran protokol kesehatan yang paling banyak ditemui tidak mengenakan masker

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Hiru Muhammad
Tim Pemburu Pelanggar Protokol Kesehatan COVID-19 menjaga warga yang terjaring di Jalan Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/9/2020) malam. Tim Pemburu Pelanggar Protokol Kesehatan COVID-19 yang bergerak di berbagai kawasan di Surabaya itu menjaring sejumlah orang yang tidak menggunakan masker dan selanjutnya disidang dengan sanksi denda.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Tim Pemburu Pelanggar Protokol Kesehatan COVID-19 menjaga warga yang terjaring di Jalan Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/9/2020) malam. Tim Pemburu Pelanggar Protokol Kesehatan COVID-19 yang bergerak di berbagai kawasan di Surabaya itu menjaring sejumlah orang yang tidak menggunakan masker dan selanjutnya disidang dengan sanksi denda.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Kepolisian Daerah Jawa Timur (Jatim) beserta Polres jajaran terus menggencarkan operasi yustisi pendisiplinan protokol kesehatan, dalam upaya mencegah penularan Covid-19. Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko mengungkapkan, pada operasi yang digelar mulai Rabu (16/9) pukul 17.00 WIB hingga Kamis (17/9) pukul 05.00, ada ribuan pelanggar protokol kesehatan yang terjaring.

Trunoyudo mengatakan, total ada 7.003 pelanggar yang mendapat teguran. Rinciannya 4.775 mendapat teguran lisan, dan 2.228 mendapat teguran tertulis. "Kemudian ada 2.941 pelanggar mendapat sanksi kerja di fasilitas umum seperti menyapu atau membersihkan sampah," kata Trunoyudo melalui pesan singkatnya, Rabu (17/9).

Selanjutnya, kata Trunoyudo, terdapat 919 pelanggar yang diwajibkan membayar denda. Total nilai denda yang dikumpulkan dalam dua hari tersebut mencapai Rp63.800.000. Trunoyudo melanjutkan, ada pula 475 pelanggar yang harus disita kartu tanda penduduknya (KTP). Penyitaan terbanyak ada di Surabaya dengan 313 KTP. Disusul Sumenep 52 KTP, Tulungagung 43 KTP, Tuban 38 KTP, Bondowoso 23 KTP, dan Magetan 4 KTP.

"Semua itu didapat dimana ada potensi klaster seperti di pasar, tempat keramaian mal, sarana umum dan beberapa titik yang sudah ditentukan secara stasioner dan mobile," ujarnya.

Trunoyudo mengungkapkan, pelanggaran protokol kesehatan yang paling banyak ditemui adalah tidak mengenakan masker. "Yang paling banyak pelanggar protokol kesehatan pada umumnya tapi diklasifikasikan lagi dalam kesadaran bermasker," kata Trunoyudo.

Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan akan terus berusaha menekan penyebaran dan mortalitas Covid-19 dengan pengetatan protokol kesehatan. Salah satunya melalui penegakan Perda nomor 2 tahun 2020 tentang perubahan atas Perda nomor 1 tahun 2019 tentang Ketentraman,  Ketertiban umum, dan Keamanan Masyarakat. Kemudian didukung Pergub 53 tahun 2020, dan implementasi Inpres nomor 6 tahun 2020.

Dalam peraturan tersebut diatur penerapan sanksi administratif bagi pelanggar protokol kesehatan mulai yang sifatnya perorangan hingga berbadan usaha. Untuk sanksi administratif perorangan yang diberikan mulai teguran lisan, paksaan pemerintah dengan membubarkan kerumunan dan penyitaan KTP, kerja sosial, serta denda administratif sebesar Rp 250 ribu. 

Denda administratif bagi pelaku usaha diklasifikasikan sesuai besaran usaha. Bagi usaha mikro denda sebesar Rp 500 ribu, usaha kecil Rp 1 juta, usaha menengah Rp 5 juta, dan usaha besar Rp 25 juta. Bagi pelaku usaha yang kembali melakulan pelanggaran akan dikenakan sanksi denda administratif dua kali lipat dari denda pertama. "Sanksi mulai diterapkan Senin 14 September 2020. Ayo disiplinkan diri dengan selalu pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Ini tugas kita bersama," ujar Khofifah.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement