REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama pandemi, hampir semua sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh secara daring guna mempersempit penyebaran virus covid-19. Hal ini membuat anak-anak merasakan literasi digital dengan mengakses internet untuk kebutuhsan pengerjaan tugas sekolah, sosial media, hiburan ataupun mengakses email setiap harinya. Namun dibalik itu semua, ada dampak negatif yang akan mengintai anak-anak salah satunya kecanduan gawai.
Menanggapi hal itu, Tim Dosen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan mengusung tema ‘Literasi Digital Terhadap Anak Dimasa Pandemi Covid-19’. Kegiatan itu dilaksanakan pada Ahad (13/9) secara live via Zoom, di lingkungan RT.002 RW.04 Kelurahan Sukasari , Tangerang, Provinsi Banten.
Budi Sudrajat selaku ketua tim pelaksana menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman pentingnya literasi digital pada anak dan dampak literasi digital tersebut.
“Literasi digital menjadi sebuah kebutuhan penting saat ini. Namun kemajuan teknologi bila tidak diimbangi dengan kecerdasan dalam menggunakan teknologi tersebut, anak-anak bebas mengakses apapun yang terkadang luput dari pantauan orang tua. Hal ini yang membuat tim dosen UBSI tergerak untuk memberikan wawasan kepada anak-anak,” ujarnya melalui rilis, Kamis (17/9).
Hasta Herlan Asymar sebagai tutor menyampaikan bahwa literasi digital terhadap anak bisa berdampak negatif, seperti anak menjadi cuek akan lingkungan sekitar karena terlalu sibuk dengan gawainya.
“Internet mengubah perilaku anak. Zaman dulu anak-anak selalu bermain di luar bersama teman-temannya dan susah disuruh pulang ke rumah. Namun anak-anak zaman sekarang lebih sering menghabiskan waktu di rumah dengan gadget nya dan susah disuruh bermain keluar,” ujarnya.
Beberapa dampak literasi digital terhadap anak munculnya cyberbully, pedofil online, kecanduan konten negatif, radikalisme,grooming dan hoax bertebaran.
“Untuk mengatasi hal itu, terapkan ‘Saring sebelum Sharing’. Saat menerima berita atau informasi jangan langsung membagikannya kepada orang lain, namun cek dulu kebenarannya, apakah berita/info tersebut bermanfaat. Jika jawabannya ya dan merasa info itu penting, silahkan bantu sebarkan. Selain itu, jangan memasang foto-foto pribadi yang membuka aurat, dan memberikan informasi pribadi kepada orang yang tidak dikenal di dunia maya,” tutup Hasta.
Badhrika Humaidi Zaidan, salah satu peserta mengungkapkan kegiatan ini sangat bermanfaat sehingga membuatnya menjadi berpikir dulu sebelum memposting apapun.
“Sebelum memposting, saya akan berpikir apakah orang yang membaca postingan saya nantinya akan marah atau tersinggung, apakah postingan yang akan saya bagikan ini akan memperlihatkan keburukan saya. Jadi, saring sebelum sharing itu sangat penting,” ujarnya.