REPUBLIKA.CO.ID,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS al-Baqarah [2]: 62).
Ada sekitar 19 ayat yang menyandingkan iman kepada Allah SWT dengan iman kepada Hari Kiamat. Hikmah terpenting di balik penyandingan dua jenis keimanan ini adalah menanamkan keyakinan dan kesadaran akan adanya sanksi dan penghormatan (reward and punishment) dari Allah di balik semua amal perbuatan. Dalam ayat lain disebutkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS al-Nisa` [4]: 59).
Hal ini menunjukkan pentingnya keimanan pada hari kiamat atau hari pembalasan itu bagi seorang Muslim, sehingga para ulama mengatakan seseorang yang tidak beriman kepada Hari Kiamat sama dengan tidak beriman kepada Allah SWT.
Juga karena Hari Kiamat itu merupakan sesuatu yang gaib sebagaimana Allah SWT juga merupakan perkara gaib yang hanya dapat diketahui sifat dan segala sesuatu tentang-Nya melalui apa yang Dia beri tahukan kepada kita. Dan, perkara utama yang menjadi tanda keimanan adalah beriman kepada yang gaib.
Keimanan kepada Hari Kiamat berhubungan erat dengan keimanan kepada Allah SWT sebagai Zat Yang Maha Memberi balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalannya. Dia adalah Zat yang Mahaadil dan tidak pernah berlaku zalim kepada makhluk-Nya. Hal inilah yang membedakan kualitas orang beriman dengan orang kafir di hadapan Allah SWT.
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS Shad [38]: 28).
Pada ayat lain Allah menjelaskan bahwa setelah manusia dibangkitkan dari kematiannya, maka semua manusia akan diperlihatkan segala yang pernah mereka perbuat dahulu di dunia. Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan (QS al-Taghabun [64]: 7).
Beriman kepada hari kiamat adalah juga mengimani segala yang berkaitan dengannya seperti penimbangan amal manusia, penyerahan kitab laporan amal, neraka dengan segala bentuk dan tingkatan azabnya, serta surga dengan segala kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan oleh manusia. Keimanan seperti ini seharusnya memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas ketaatan seseorang karena Tuhannya. Hal terpenting dari mengimani Hari Kiamat adalah kekuatan keyakinan akan janji Allah yang pasti akan terjadi. Dan, kejadiannya persis seperti yang Allah kehendaki dan janjikan dalam kitab-Nya.
Sungguh beruntunglah orang yang telah mendapatkan hidayah mengimani Hari Kiamat; perbuatannya akan menghindarkan dirinya dari memakan harta orang lain secara zalim, terjauhkan dari menikmati segala bentuk kesenangan yang diharamkan, karena ia telah memiliki kesadaran bahwa semua itu akan dipertanggungjawabkannya di hari yang setiap orang sibuk dengan urusan mereka sendiri di hadapan Penciptanya.
Beriman kepada hari kiamat juga akan menimbulkan sikap optimistis sekaligus motivasi bagi orang-orang yang dizalimi di dunia ini, karena mereka yakin meskipun orang yang zalim karena kekuasaan dan hartanya dapat terhindar dari kezalimannya di dunia, tapi yang pasti dia tidak akan terlepas dari keadilan Allah SWTpada hari pembalasan nanti.
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
Allah SWT berfirman, “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)-nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS al-Anbiya` [21]: 47).