Sabtu 03 Oct 2020 20:09 WIB

Cok Aje Janjikan Pariwisata Bali ke Depan Berbasis Kualitas

Bali mengalami kerugian sekitar Rp 9,7 triliun setiap bulan dari sektor pariwisata.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Wisatawan bersepeda di Pantai Jerman, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (19/9). Pariwisata Bali terpukul pandemi Covid-19 hingga menimbulkan kerugian Rp 9,7 triliun per bulan.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Wisatawan bersepeda di Pantai Jerman, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (19/9). Pariwisata Bali terpukul pandemi Covid-19 hingga menimbulkan kerugian Rp 9,7 triliun per bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana, mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali memastikan kepariwisataan pascapandemi Covid-19 berbasiskan kualitas, dengan tidak mengesampingkan kuantitas.

"Memang saat ini pemerintah tidak bisa memprediksi kapan pariwisata mancanegara akan kembali dibuka, karena masih melihat perkembangan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri," kata Tjokorda dalam webinar World Tourism Day 2020 yang bertajuk 'New Era Tourism Order' di Kota Denpasar, Sabtu (3/10).

Oleh karena itu, pihaknya sedang gencar meminta industri pariwisata untuk mempersiapkan protokol kesehatan secara matang pada setiap destinasi wisata yang ada di Bali. "Diharapkan kualitas dan kuantitas bisa berjalan beriringan," ucapnya pada acara yang digelar oleh Institut Pariwisata Bali (IPB) Internasional itu.

Pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu mengatakan, dukungan masyarakat juga tidak kalah pentingnya. Masyarakat juga harus bisa menunjukkan kepada dunia luar bahwa penerapan protokol kesehatan di masyarakat dilakukan secara disiplin.

Menurut Cok Ace, Pulau Bali telah mendapat tempat tersendiri di mata industri pariwisata internasional. Dia menyebut, keunikan pariwisata budaya Bali telah menarik perhatian dunia internasional.

"Dan hal tersebut dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Bali, meskipun sedang dilanda pandemi Covid-19 Pulau Bali masih dipercaya sebagai destinasi favorit wisatawan mancanegara," ucap Cok Ace.

Namun, pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020 membawa dampak yang signifikan bagi semua aspek kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I tahun 2020 minus 1,14 persen sedangkan pada triwulan II tahun 2020 perekonomian Bali menurun lebih dalam hingga minus 10,98 persen.

"Pertumbuhan yang lambat ini disebabkan oleh penurunan tajam pendapatan dari sektor utama Bali yaitu pariwisata. Jumlah wisatawan mancanegara di Bali telah menurun sejak awal pandemi hingga 99,97 persen pada Mei 2020," ujar Cok Ace.

Dia menambahkan, Bali mengalami kerugian sekitar Rp 9,7 triliun setiap bulan dari sektor pariwisata saja. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, per 25 Mei 2020, sebanyak 71.313 tenaga kerja sektor formal di-PHK dan 2.570 orang kehilangan pekerjaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement