Kamis 08 Oct 2020 09:54 WIB

Stimulus AS Masih Menggantung, The Fed Tekankan Risikonya

The Fed berharap kongres selesaikan perbedaan dalam memberikan bantuan lanjutan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Pejabat Federal Reserve (The Fed) menyebutkan, pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dapat goyah apabila Kongres gagal menyetujui paket stimulus pandemi lainnya.
Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta
Pejabat Federal Reserve (The Fed) menyebutkan, pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dapat goyah apabila Kongres gagal menyetujui paket stimulus pandemi lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat Federal Reserve (The Fed) menyebutkan, pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dapat goyah apabila Kongres gagal menyetujui paket stimulus pandemi lainnya. Bank sentral berharap, Demokrat dan Republik dapat menyelesaikan perbedaan mereka dan memberikan bantuan ekonomi lebih lanjut. 

Pada Rabu (7/10), The Fed merilis risalah dari pertemuan terbaru mereka. Para pejabat optimistis, ekonomi Negeri Paman Sam dapat tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan.

Tapi, mereka menekankan, proyeksi mereka terhadap pemulihan yang stabil dan berkelanjutan dapat terjadi apabila Kongres satu suara. Bank sentral berharap, Demokrat dan Republik dapat menyelesaikan perbedaan mereka dan memberikan bantuan ekonomi lebih lanjut. Termasuk, tunjangan pengangguran yang diperluas dan bantuan untuk usaha kecil.

Seperti dilansir di AP News, Rabu, risalah The Fed mengatakan, sebagian besar proyeksi mengenai pemulihan berdasarkan asumsi bahwa paket fiskal tambahan terkait pandemi akan disetujui tahun ini. "Mencatat bahwa, tanpa paket baru, pertumbuhan dapat melambat pada kecepatan yang lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat," tulis risalah tersebut.

Para ekonom mencatat, risalah tersebut menyampaikan dua pesan kontra sekaligus. Di satu sisi, bank sentral melihat pemulihan berjalan lebih cepat dari yang diharapkan. Tapi, The Fed juga khawatir, prospek pemulihan dapat berbalik arah tanpa dukungan pemerintah lebih lanjut.

Kepala ekonom untuk Asosiasi Nasional Serikat Federal Kredit (NAFCU) mengatakan, risalah menunjukkan, pejabat Fed memiliki kekhawatiran serius terhadap pemotongan dukungan fiskal. Potensi pengesahan paket stimulus baru oleh kongres sebelum pemilihan presiden pada 3 November terbilang kecil. Hal ini terlihat dari keputusan Presiden Donald Trump untuk memutuskan negosiasi dengan Demokrat.

Trump justru mengusulkan agar Demokrat menyetujui beberapa bantuan yang bersifat individual dibandingkan bantuan secara komprehensif. Misalnya, bantuan untuk maskapai penerbangan yang tertekan dan stimulus 1.200 dolar AS untuk sebagian besar orang dewasa.

Dalam pidatonya pada Selasa (6/10), Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan mengenai konsekuensi yang berpotensi tragis apabila Kongres dan Gedung Putih tidak memberikan bantuan lebih jauh. "Ekspansi ekonomi masih jauh dari sempurna," ucapnya.

Risalah The Fed juga mencakup pertemuan bank sentral pada 15-16 September. Saat itu, para pejabat membiarkan kebijakan suku bunga mereka tidak berubah pada rekor terendah mendekati nol. Langkah ini mengisyaratkan kemungkinan bank sentral mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah, setidaknya hingga 2023.

Pernyataan The Fed memasukkan perubahan kebijakan untuk mempertahankan inflasi di atas target dua persen untuk jangka waktu tertentu guna menjaga rata-rata inflasi secara jangka panjang. Selama dekade terakhir, inflasi tahunan biasa ada di bawah dua persen. Perubahan ini dipandang memungkinkan bank sentral mempertahankan suku bunga lebih rendah untuk periode yang lebih lama.

Risalah The Fed mengakui adanya masalah besar dalam memproyeksikan ekonomi masa depan. Para peserta pertemuan terus melihat ketidakpastian yang masih tinggi mengenai prospek ekonomi mengingat ketergantungan pemulihan terhadap banyak faktor, terutama penyebaran virus.

"Serta, (tergantung) pada bagaimana individu dan bisnis serta pejabat publik menanggapinya (re: penyebaran virus) dan pada efektivitas langkah-langkah kesehatan masyarakat dalam mengatasinya," kata risalah itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement