REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbitan sukuk di pasar obligasi syariah mengalami peningkatan signifikan berkat kebijakan terbaru Federal Reserve AS. Menurut analisis Fitch Ratings, hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, total sukuk global mencapai 900 miliar dolar AS (sekitar Rp 13.500 triliun), tumbuh 8,5 persen dibandingkan tahun lalu.
Federal Reserve telah memotong suku bunga acuan sebesar 0,50 poin persentase, yang merupakan pemotongan pertama dalam empat tahun terakhir. Langkah ini berdampak positif pada kondisi pembiayaan di pasar.
Dalam laporan Fitch Ratings, disebutkan bahwa penerbitan sukuk global meningkat seiring dengan pemotongan suku bunga oleh Fed, yang menciptakan kondisi pembiayaan yang lebih baik.
“Kami melihat peningkatan dalam alur penerbitan sukuk yang sebagian didorong oleh pemotongan Fed baru-baru ini,” ujar Kepala Global Keuangan Syariah di Fitch Ratings Bashar Al Natoor, seperti dikutip dari Zawya, Kamis (10/10/2024).
Ia menambahkan bahwa 81,5 persen instrumen obligasi yang dinilai agensi berada dalam kategori investasi. Hampir semua penerbit, sekitar 95 persen, memiliki prospek stabil dan tidak mengalami gagal bayar, menunjukkan bahwa kondisi kredit di pasar telah membaik. Namun, Fitch juga mengingatkan bahwa masih ada tantangan yang dapat berdampak negatif, termasuk “kompleksitas terkait syariah,” serta meningkatnya ketegangan geopolitik dan volatilitas pasar minyak.
Di kawasan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), penerbitan obligasi dan sukuk mencapai 75,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.132 triliun) pada paruh pertama tahun ini, angka ini meningkat 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut laporan terpisah oleh Markaz, dana tersebut berhasil dihimpun melalui 173 penerbitan dari sektor pemerintahan dan korporasi.