REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkapkan ada risiko yang cukup besar bahwa manusia dapat menularkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 ke satwa liar. Para peneliti mengatakan hal ini dapat menyebabkan wabah di beberapa populasi di seluruh dunia, membahayakan spesies yang sudah terancam.
Tim peneliti melakukan studi dengan kombinasi kata kunci yang berbeda, yaitu SARS-CoV-2, percobaan infeksi, model hewan, mamalia, kerentanan, ACE2, garis sel, coronavirus, satwa liar. Mereka secara khusus memeriksa ProMED, platform berbasis komunitas yang memindai berita dan laporan penyakit menular.
“Cukup sulit untuk mengendalikan SARS-CoV-2 pada populasi manusia, karena itu data dibayangkan seperti apa jadinya jika menyebar di antara mamalia liar,” ujar rekan penulis studi, KLU Leuven, dilansir Zmescience, Kamis (8/10).
Leuven mengatakan hewan mamalia yang terular bisa sakit dan membentuk reservoir virus. Dari sana, mereka kembali dapat menularkan ke manusia. Satu hal yang sangat penting, hewan tidak dapat diminta memakai masker sebagai upaya pencegahan penyebaran virus.
Kemungkinan peneliti lapangan atau orang lain yang berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dengan mamalia liar dapat memulai rantai penularan SARS ‐CoV-2 di antara populasi mamalia liar tidak dapat diabaikan. Faktanya, kemungkinan terjadinya hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan virus manusia pada umumnya.
Hal itu karena fitur unik dari SARS ‐ CoV ‐ 2. Banyak manusia mengidapnya, sangat mudah ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung. Banyak orang terinfeksi sebelum mengalami gejala dan banyak yang tetap tidak memiliki gejala sama sekali. Virus ini juga dapat menginfeksi berbagai mamalia yang berkerabat jauh, sehingga sulit untuk memprediksi spesies mana yang lebih rentan.
Kematian langsung atau penyakit parah bukanlah satu-satunya masalah. Mamalia liar sering kali hidup di ambang kelangsungan hidup. Alhasil, penyakit ringan pun dapat menurunkan kemungkinan kelangsungan hidup atau reproduksi.
Situasi stres, seperti kekurangan makanan dan koinfeksi, juga dapat menyebabkan mamalia liar terjangkit penyakit yang lebih parah. SARS‐CoV‐ 2 memiliki potensi untuk menyebar dengan sangat cepat di komunitas mamalia liar. Jika virus dapat bersirkulasi tanpa gangguan selama beberapa waktu, akhirnya reservoir non-manusia baru dapat dibuat.
Skenario ini akan menjadi rintangan yang signifikan bagi upaya penanggulangan SARS‐ CoV‐ 2 dan melindungi diri kita sendiri.
Walaupun kebanyakan orang sangat jarang melakukan kontak dekat dengan hewan liar hidup, penularan SARS-CoV-2 dari manusia dapat terjadi dengan mudah selama kegiatan lapangan.
Ini termasuk konservasionis, staf pengendalian hama, wisatawan satwa liar, dan pekerja kehutanan, antara lain. Setiap situasi di mana kontak langsung terjadi dapat menyebabkan risiko besar penularan dari manusia ke hewan.
Itulah mengapa para peneliti meminta orang-orang untuk mengambil tindakan pencegahan seperti sanitasi saat bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan spesies mamalia liar atau liar. Hal ini untuk mencegah penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke satwa liar.
Cara yang digunakan termasuk menjaga jarak fisik jika memungkinkan, menggunakan masker, dan melakukan karantina atau isolasi jika dicurigai terinfeksi atau mengalami gejala COVID-29.
“Penting untuk diingat bahwa tujuannya adalah untuk mencegah penularan patogen sendiri ke mamalia liar, bukan sebaliknya. Untuk menghindari penyebaran air liur atau tetesan hidung kita sendiri, masker kain yang dapat digunakan kembali (dengan setidaknya dua lapisan kain) atau masker bedah sekali pakai adalah tepat,” kata para peneliti dalam studi.