REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mayoritas bangsa Arab mengikuti dakwah Nabi Ismail alaihissalam, yaitu ketika Nabi Ismail menyeru kepada agama bapaknya yakni Nabi Ibrahim Alaihissalam. Inti agama Nabi Ibrahim adalah menyembah kepada Allah SWT, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.
Waktu bergulir sekian lama, hingga banyak di antara penduduk Arab yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama yang disebarkan Nabi Ibrahim, hingga muncul Amr bin Luhay, pemimpin Bani Khuza'ah.
Amr bin Luhay tumbuh sebagai orang yang dikenal suka berbuat bijak, mengeluarkan sedekah dan respek terhadap urusan-urusan agama. Sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Di sana dia melihat penduduk Syam yang menyembah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar.
Sebab menurut Amr bin Luhay, Syam adalah tempat para rasul dan kitab. Maka Amr bin Luhay pulang sambil membawa Hubal (berhala) dan meletakkannya di dalam Kabah.
Setelah itu, Amr bin Luhay mengajak penduduk Makkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Makkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Kabah dan penduduk Tanah Suci.
BACA JUGA: 'Israel Telah Menjadi Bahan Tertawaan di Timur Tengah'
Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi Laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha'if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar.
Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat Hijaz, dikutip dari buku Sirah Nabawiyah yang ditulis Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.