REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bagi orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh Allah akan meneguhkan mereka. Baik di dalam kehidupan dunia, di dalam kubur, maupun di akhirat nanti. Sementara Allah menyesatkan mereka, orang-orang zalim atas apa yang mereka perbuat. Hal itu ditegaskan oleh firman Allah yang tertuang dalam Surat Ibrahim ayat 27.
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI, pada ayat tersebut Allah menjelaskan Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh. Baik di dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu, ada hubungan timbal balik antara iman dengan ucapan yang baik dan teguh.
Sebaliknya, ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang. Selanjutnya Allah juga menegaskan Dia membiarkan sesat orang-orang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri. Antara lain ialah mengucapkan kata-kata buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan, dan lain-lain.
Sementara tafsir Al-Muyassar atau Kementerian Agama Arab Saudi, menyebut dalam hadits ini Allah meneguhan orang-orang beriman dengan perkataan yang benar. Yakni, kalimat syahadat ‘laa ilaaha illaa Allah, Muhammad Rasulullah.’ Allah meneguhkan mereka di dunia ketika kematian saat dua malaikat menanyai mereka dalam kubur.
Juga di hari kiamat, Allah meneguhkan mereka dari kengerian hari itu. Dan untuk orang-orang kafir, Allah menyesatkan mereka sehingga mereka tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran dan jawaban yang benar. Allah berbuat terhadap hamba-hamba-Nya dengan kehendak-Nya sesuai dengan keadilan dan kemurahan-Nya.
Sementara di dalam buku Shahih Fadhail A’mal oleh Syaikh Ali bin Muhammad Al-Maghribi tertulis Al-Bukhari no. 1369 meriwayatkan:
Dari al-Bara’ bin ‘Azib dari Nabi Muhammad, beliau bersabda: “Ketika seorang Mukmin didudukkan di dalam kuburnya, maka dia didatangkan, kemudian dia bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Allah berfirman: ‘Allah meneguhkan (iman) dan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh’.”
Muhammad bin Basysyar menyampaikan kepada kami dari Ghundar dari Syu\'bah dengan hadits ini dan ia menambahkan: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman…” turun mengenai siksa kubur. Shahih
HR. Muslim (2871), Abu Daud (4750), at-Tirmidzi (3120), an-Nasa’I (4/401) dan Ibnu Majah (4269).
Sedangkan Imam Muslim no. 2870 meriwayatkan: Dari Anas bin Malik, dia berkata, Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya ketika seorang hamba diletakkan di dalam kuburnya dan sahabat-sahabatnya telah meninggalkannya, sesungguhnya dia dapat mendengar derap terompah mereka.” Beliau bersabda: “Maka dua malaikat mendatanginya, mendudukkan dan bertanya kepadanya: Apa yang dahulu kamu katakan mengenai orang ini.” Beliau bersabda: “Adapun seorang Mukmin dia akan menjawab: ‘Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.’” Beliau bersabda: “Maka dikatakan kepadanya: ‘Lihatlah tempatmu di neraka, sesungguhnya Allah telah mengganti untukmu dengan tempat di surga.” Nabi Muhammad bersabda: ” “Maka dia dapat melihat keduanya.”
Qatadah berkata: “Dan disebutkan kepada kita bahwa kuburnya diperluas menjadi tujuh puluh hasta dan dipenuhi oleh hijau-hijauan hingga hari mereka dibangkitkan.” Shahih HR. Al-Bukhari (1838) dengan hadits yang lebih panjang darinya dan ditakhrij secara ringkas oleh Abu Daud (3231). Hadits ini juga ditakhrij oleh An-Nasa’I (4/96 dan 97) dan Ahmad (3/126 dan 233).