REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sempat dituding oleh nitizen melakukan pembohongan publik setelah mengunggah fotonya di media sosial saat disuntik vaksin covid. Ridwan Kamil diketahui menjadi salah satu relawan uji klinis vaksin covid 19.
Menanggapi hal itu, dia pun mengaku enggan baper ataupun marah sebagai seorang pemimpin. Dia lebih memilih untuk menjelaskan secara ilmiah terkait tudingan tersebut.
“Sebagai pemimpin, saya harus sabar, saya nggak pakai baper, marah-marah, saya terangkan secara ilmiah. Masalah mereka percaya tidak percaya kita tidak bisa paksa,” ujar Ridwan saat berbincang dengan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid 19 Reisa Broto Asmoro melalui akun resmi Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10).
Dia menjelaskan, metode pengambilan sampel darahnya tersebut dilakukan dengan menggunakan alat vacutainer. Metode ini, kata dia, merupakan metode baru pengambilan sampel daerah.
“Sekarang ada cara baru, namanya vacutainer itu jarumnya dua, satu tusuk nadi vena, satu lagi ke tabung yang menempel. Terus kelihatan kayak ada tutupnya, itulah yang membuat vakum, supaya bebas infeksi,” kata Emil sapaan Ridwan Kamil.
Dikatakan Emil, saat ini terdapat tiga kelompok masyarakat yang menanggapi pandemi covid. Kelompok pertama yakni tipe masyarakat yang masih menolak percaya terhadap virus ini dan masih mempercayai teori konspirasi.
Kelompok kedua merupakan kelompok yang mempercayai adanya covid 19. Dan kelompok ketiga yakni masyarakat yang percaya covid dan mau beradaptasi terhadap pandemi ini.
“Nah orang-orang beda paham. Disangkanya saya bohong. Katanya itu ada darahnya, kok tutupnya belum dibuka. Jadi, memori dia pakai itu jarum suntik jadul dipakai mengomentari jarum suntik versi modern yang baru,” ujarnya.
Menurut Ridwan, terdapat dua sudut pandang yang digunakan masyarakat dalam menyikapi pandemi ini. Yakni masyarakat yang menggunakan kacamata ilmiah untuk meningkatkan ilmunya serta masyarakat yang menggunakan kacamata politik sehingga akan mencari-cari kesalahan.
“Dalam situasi ini ada 4 kelompok manusia, (satu) orang paham, (dua) orang paham tapi suka provokasi, ada kan? Orang pintar tapi ambil sisi buruk. Ketiga, ada orang awam mau belajar. Keempat orang awam merasa paham,”tambah dia.
Saat inipun, lanjut dia, tak sedikit masyarakat awam dengan ilmu terbatas yang merasa lebih paham mengenai dunia kedokteran. “Hari ini ada, maaf ya, musisi lebih mengerti dari dokter. Kan gitu. Kalau sakit tanya dokter, kalau musik tanya ke musisi,” ujar Ridwan.