REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seto Mulyadi menyarankan bahwa sebaiknya anak-anak usia dini atau yang masih belajar pada tingkat taman kanak-kanak (TK) tidak dilibatkan dalam pembelajaran jarak jauh secara daring. Psikolog yang akrab disapa Kak Seto itu mengingatkan bahwa penyampaian pembelajaran yang kurang tepat justru bisa membuat mereka stres.
Kak Seto mengatakan, pola pikir pertama yang harus diubah adalah mengganti istilah "belajar dari rumah" menjadi "belajar di rumah" bersama keluarga. Hal ini sebisa mungkin diterapkan pada anak-anak usia dini atau anak-anak TK.
"Saya menganjurkan jangan belajar jarak jauh, kenapa enggak belajar jarak dekat bersama dengan ayah dan bunda di rumah. Ada anak TK dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang menatap ke layar, akhirnya pusing tujuh keliling, akhirnya stres dan marah-marah, akhirnya malah benci belajar," kata Kak Seto dalam bincang-bincang virtual, Jumat (9/10).
Saat belajar di rumah, menurut Kak Seto, materi pelajaran dari guru dapat disampaikan ke orang tua dan orang tua yang menyampaikan kepada anak-anak dengan gaya masing-masing. Ia menyebut, yang penting kompetensinya bisa terbentuk.
Kak Seto menjelaskan, ada lima inti penting dari kurikulum yaitu etika, estetika, ilmu pengetahuan, teknologi, nasionalisme, dan kesehatan. Kelima hal tersebut harus disampaikan dengan ramah, kreatif, dan penuh dengan rasa persahabatan kepada anak sehingga bisa mencapai hasil yang optimal.
"Anak usia dini diajak, 'Ayo belajar' nanti dia akan melawan, tapi coba, 'Ayo kita bermain'. Jadi bermain gembira karena dunia anak adalah bermain. Melalui bermain ya belajar, belajar etika soal sopan-santun, menghormati orang lain, bekerja sama," ujar Kak Seto.
Sementara itu, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diberikan kepada anak secara bertahap sesuai dengan perkembangan usianya. Orang tua diharapkan tidak memaksakan anak untuk menguasai semua kurikulum pendidikan, terlebih pada anak TK.
"Yang paling utama adalah suasananya gembira, dunia anak adalah bermain dan gembira. Kalau semuanya atas nama kurikulum, semua serba harus bisa, nanti tidak sesuai dengan kejiwaannya," kata Kak Seto.