REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka masih menunggu kepastian pembangunan proyek kereta api (KA) yang menghubungkan dua negara di Afrika Barat yakni Mali dan Senegal sepanjang 1.023 kilometer.
“Sampai saat ini, pendanaannya masih belum ada kepastian,” kata Direktur Utama Inka Budi Noviantoro kepada Republika.co.id, Ahad (11/10).
Budi menjelaskan, proyek tersebut merupakan rehabilitasi jalan dan pengadaan kereta dari Dakar, Senegal ke Bamako, Mali. Untuk mengerjakan proyek tersebut, Budi menuturkan pendanaan melalui trading company dari Belgia atau AD Trade namun belum ada kepastiannya.
Meskipun begitu, Budi menjelaskan pengerjaan jalur kereta api tersebut akan mendukung kegiatan logistik di Mali dan Senegal. Dia menuturkan, saat ini jalur kereta api di kedua negara tersebut sudah tidak beroperasi sama sekali.
Selain itu, kegiatan logistik hanya bisa ditempuh melalui jalur darat dengan truk yang memakan waktu hingga dua pekan. Kondisi tersebut yang membuat biaya transportasi di Mali dan Senegal menjadi sangat tinggi.
“Angkutan barang kalau pakai truk sampainya dua pekan sehingga biaya mahal sekali. Mereka sangat berharap KA masuk, operasi lagi di sana, dan menghubungkan antara Mali dan Senegal,” kata Budi dalam diskusi virtual, Sabtu (10/10).
Budi menuturkan, proyek yang siap dilakukan Inka di Afrika saat ini justru Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 200 mega watt di Republik Demokratik Kongo, Afrika. Setelah groundbreaking tiga pekan lalu, dia memastikan penandatanganan kontrak akan dilakukan di Madiun rencananya pada Selasa (13/10).
Dia menuturkan proses untuk mendapatkan proyek tersebut sudah dilakukan sejak 15 September 2020. Dengan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat, kata dia, Inka menuju Republik Demokratik Kongo untuk melakukan groundbreaking PLTS tersebut.
“Jadi kepercayaan ini luar biasa, baik pemerintah dan delegasi Kongo. Pada 30 Oktober nanti akan datang juga delegasi kedua dari Kongo, levelnya menter akan datang bersama-sama dengan PT Len, Inka, Barata Indonesia, Perkapalan Surabaya, PAL, dan juga Merpati,” kata Budi dalam sebuah diskusi virtual, Sabtu (10/10).