Selasa 13 Oct 2020 12:58 WIB

Bio Farma: Harga Vaksin Sinovac tak Lebih dari Rp 200 Ribu

'Harga untuk vaksin Covid-19 di Indonesia tidak akan memberatkan pemerintah.'

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Pekerja beraktivitas di Lab Biologi Molekuler di pabrik vaksin SinoVac di Beijing, China.
Foto: AP Photo / Ng Han Guan
[Ilustrasi] Pekerja beraktivitas di Lab Biologi Molekuler di pabrik vaksin SinoVac di Beijing, China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil vaksin Bio Farma memastikan harga vaksin Sinovac tidak akan lebih dari Rp 200 ribu. Pernyataan ini mengklarifikasi kabar yang menyatakan harga vaksin virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) Sinovac di Tanah Air bisa mencapai Rp 500 ribu per orang. 

"Kisaran harganya Rp 200 ribu," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (13/10).

Baca Juga

Kabar soal harga vaksin mencuat lantaran pemberitaan yang menyatakan bahwa Sinovac sudah menanda tangani kontrak dengan Brasil untuk pengadaan vaksin. Sinovac akan menjual vaksin ke Brasil dengan harga 1,96 dolar AS per dosis. 

Honesti mengatakan, Sinovac sudah membantah kabar bahwa vaksin dijual dengan harga 1,96 dolar AS per dosis melalui surat resmi yang dikirimkan ke Bio Farma. Ia mengutip pernyataan dari Sinovac bahwa informasi dalam pemberitaan tentang kontrak pembelian 46 juta dosis dengan nilai kontrak 90 juta dolar AS dengan Pemerintah Brasil tidak tepat. 

Begitu pula mengenai harga 1,96 dolar AS per dosis, ia mengatakan, Sinovac menyatakan tidak benar. "Sebab biaya pengiriman tiap dosisnya pun sekitar 2 dolar AS," ujarnya.

Ia mengatakan, pihak Sinovac juga sedang menelusuri asal informasinya. Di lain pihak, ia menegaskan Bio Farma berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah menghadirkan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau untuk memberi perlindungan bagi penduduk Indonesia. 

"Harga untuk vaksin Covid-19 di Indonesia tidak akan memberatkan pemerintah," katanya.

Honesti melanjutkan, dalam surat resminya, Sinovac menyampaikan bahwa dalam penentuan harga vaksin Covid-19, ada beberapa faktor yang menentukan harga vaksin. Salah satu faktornya adalah tergantung pada investasi pada studi klinis fase 3 terutama dalam uji efikasi dalam skala besar. 

Penentuan harga di Indonesia juga mengikuti prinsip-prinsip itu. "Dengan kata lain, skema pemberian harga vaksin Covid-19 ini, tidak dapat disamakan," ujarnya.

Untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin Covid-19 mulai dari bahan baku dan lainnya, Honesti menyebutkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan terbang ke Sinovac Cina untuk visit audit proses pengembangan dan produksi vaksin corona di fasilitas Sinovac di Beijing, Cina. BPOM akan memastikan fasilitas dan proses produksi Vaksin Covid-19 di Bio Farma memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)/Good Manufacturing Practice (GMP). LP POM MUI juga akan melaksanakan audit halal. 

Saat ini, Honesti mengaku uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 masih berjalan di pekan kedua Oktober 2020 ini. Data terakhir menunjukan sampai dengan tanggal 9 Oktober 2020, 843 relawan yang sudah mendapat penyuntikan kedua, dan 449 relawan dalam tahap pengambilan darah pasca penyuntikan kedua/masuk periode monitoring. 

Hingga saat ini, dia melanjutkan, uji klinis tahap 3 berjalan lancar dan belum ada dilaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat pemberian suntikan calon vaksin Covid-19. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement