Rabu 14 Oct 2020 22:07 WIB

Ada Transfer Teknologi Vaksin dalam Kerja Sama Pihak Luar

Indonesia tidak beli putus, tapi harus ada transfer teknologi.

Red: Andi Nur Aminah
Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Bambang Brodjonegoro
Foto: ANTARA /Puspa Perwitasari
Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Indonesia dan pihak luar, yakni perusahaan biofarmasi Sinovac dari China, melakukan transfer teknologi terkait pengembangan vaksin Covid-19. 

"Indonesia tidak beli putus, tapi harus ada transfer teknologi," kata Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam seminar virtual Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan, yang dipantau di Jakarta, Rabu (14/10).

Baca Juga

Dia menuturkan Indonesia tidak beli putus atau langsung beli barang jadi berupa vaksin dalam kemasan, tapi Indonesia membeli bahan baku kemudian diproduksi dengan teknologi produksi yang dilakukan oleh PT Bio Farma di Indonesia.

Saat ini, PT Bio Farma dan Sinovac sedang melakukan uji klinik fase 3 di Indonesia untuk kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac. Menristek Bambang menuturkan Indonesia tidak semata-mata menjadi lahan uji klinik atau pasar potensial.