REPUBLIKA.CO.ID, Ashabul Kahfi merujuk pada tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang, atas izin Allah SWT, tidur di dalam gua selama ratusan tahun, yakni 300 tahun syamsiah atau 309 tahun qamariah.
Buku Ensiklopedi Islam mengungkapkan, penamaan ashabul kahfi terdapat dalam ayat ke-9 surat al-Kahfi, sedangkan kata al-kahfi/kahfi ditemukan pada ayat-ayat ke-10, 11, 16, 17, dan 25 surat yang sama. Nuansa kisahnya adalah pertentangan antara kebenaran dan kebatilan, antara keteguhan bertauhid dan kezaliman penguasa yang musyrik.
Penguasa yang dimaksud adalah Gaius Messius Quintus Decius. Dia menjadi kaisar Romawi pada 249-251. Sejak zaman Kaisar Nero (54-58), orang-orang yang meyakini kebenaran risalah Nabi Isa AS kerap menjadi sasaran kekerasan.
Bahkan, banyak yang dipaksa menjadi umpan singa di arena gladiator, yang dibuat semata-mata untuk hiburan penguasa dan warga Roma. Pada zaman Decius, persekusi atas kaum Nasrani mulai berlangsung terstruktur dan sistematis.
Pada Januari 250, kaisar yang lahir di Budalia (kini Serbia) itu menginstruksikan setiap warga agar menyembah berhala.Peribadatan harus disaksikan aparat negara sehingga rakyat dibayang-bayangi ketakutan.
Siapa pun yang menentang aturan itu diperintahkannya untuk ditangkap dan bila perlu dibunuh. Bagaimanapun, tidak sedikit orang beriman yang menolaknya.Meskipun intimidasi terus digencarkan Decius dan jajarannya, mereka tidak gentar sedikit pun dan semakin solid melawan.
Di antara mereka terdapat para pemuda. Buku Corpus Inscriptionum Arabicarum Plaestinae(Jilid Enam) menyebutkan siapa saja nama-namanya. Dalam bahasa Latin, sebutan mereka sebelum beriman adalah Achillides, Diomedes, Diogenes, Pro batus, Stephanus, Sambatius, dan Quiri cus.
Setelah menjadi pengikut ajaran Nabi Isa AS, mereka berturut-turut berganti nma menjadi Maximianus, Malchus, Marti nianus, Constantinus, Dionysius, Johannes, dan Serapion.
Sumber lain, Ensiklopedia Britanica, mengungkapkan bahwa tradisi Kristen Barat menamakan mereka sebagai Maximilian, Malchus, Marcian, John, Denis, S rapion, dan Constantine. Adapun menurut tradisi Kristen Ortodoks mereka terdiri atas Maximilian, Jamblichus, Martin, John, Dionysius, Antonius, dan Constantine.
Selain Antonius, keenam orang tersebut merupakan pejabat penting di lingkungan istana gubernur Daqyanus. Seperti halnya sang kaisar, gubernur tersebut merupakan seorang penyembah dewa-dewi Romawi.Tidak mengherankan bila mertua Maximilian itu menghiasi setiap sudut Kota Ephesus dengan patung-patung yang meng gambarkan ajaran politeisme.
Akan tetapi, keluarganya tidak seluruhnya terjerumus kesesatan. Istrinya sendiri diam-diam beriman pada tauhid. Setelah hal itu diketahuinya, Daqyanus pun membakar hidup-hidup pasangannya itu di depan umum. Kejadian ini disaksikan putrinya, Helen, yang akhirnya mengikuti jejak ibundanya, menjadi orang beriman secara sembunyi-sembunyi.