REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) mendorong dua ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan Cina, mempertahankan stimulus secara maksimal. Stimulus mereka diproyeksikan dapat mempercepat pemulihan ekonomi global dari tekanan pandemi Covid-19.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan komite pengarah IMF, Kamis (16/10), Direktur IMF Kristalina Georgieva mengatakan, AS memiliki ruang fiskal dan kapasitas kebijakan moneter untuk memompa lebih banyak stimulus ekonomi. Selama pandemi, pengeluaran Negeri Paman Sam memiliki dampak yang sangat positif di seluruh dunia dan pengaruhnya signifikan.
Sejauh ini, Washington telah mengeluarkan belanja untuk stimulus senilai 3 triliun dolar AS yang dimanfaatkan oleh fasilitas pinjaman dan jaminan Federal Reserve. Tapi, negosiasi stimulus putaran berikutnya antara pemerintahan Presiden Donald Trump dengan Demokrat di Kongres terhenti dan tampaknya tidak mungkin menghasilkan kesepakatan sebelum pemilihan presiden pada 3 November.
Georgieva mengatakan, keputusan stimulus lebih lanjut tergantung pada otoritas AS. "Tapi, stimulus tambahan itu akan menjadi dorongan positif yang penting dan kami ingin melihat bagaimana kelanjutannya," ujarnya seperti dilansir di Reuters, Kamis (15/10).
Kepada panel CNBC, Georgieva menyampaikan keyakinannya bahwa Amerika Serikat akan menerapkan stimulus fiskal lebih lanjut. Apabila bisa segera direalisasikan, stimulus itu akan berdampak positif seperti stimulus sebelumnya.
Satu pesan yang disampaikan Georgieva, stimulus tersebut harus difokuskan untuk mendorong dunia usaha dan mempertahankan lapangan pekerjaan. "Ini pesan utama kami," katanya.
Georgieva mengatakan, China juga telah memberikan stimulus kuat bagi ekonomi global. Mulai dari pengeluaran fiskal, kebijakan moneter dan pemulihan China sendiri yang kuat telah menciptakan permintaan bagi negara-negara yang memasok komoditas dan komponen rantai pasokan.
Upaya gabungan China untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin secara luas akan meningkatkan keyakinan, pandemi dapat dihentikan lebih cepat. "Sampai kita memiliki jalan keluar yang lebih bersifat tahan lama dari krisis kesehatan, pemulihan akan tetap tidak merata dan tidak pasti," ujar Georgieva.
Selain bergantung pada pemulihan AS dan China, Georgieva menuturkan, pemulihan ekonomi global akan berjalan lebih cepat seiring dengan kolaborasi banyak negara untuk pengadaan vaksin. Menurutnya, kerja sama internasional dalam mengembangkan dan mendistribusikan vaksin Covid-19 secara merata di seluruh dunia juga dapat menambah hampir 9 triliun dolar AS ke pendapatan global pada 2025.