REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak negara mengalami resesi ekonomi, tak terkecuali Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan supaya tidak terjadi pengangguran besar-besaran akibat resesi adalah berbelanja produk di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Dr Mukhamad Najib, dosen IPB University dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen mengatakan ekonomi akan terus bergerak apabila sektor produksi dan sektor konsumsi terus bergerak.
“Di masa pandemi ini memang pergerakan itulah masalahnya. Pergerakan orang dan barang sangat terbatas, sehingga berimbas pada sektor konsumsi yang juga menurun,” katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Penurunan pergerakan ini berimbas pada perusahaan menurunkan produksinya. Bahkan beberapa perusahaan merumahkan pegawainya. Dengan demikian pendapatan juga menurun dan hal ini sudah pasti berimbas pada konsumsi yang juga menurun.
Menurut Najib, salah satu yang terdampak dalam pandemi adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Oleh karena itu, ia menyarankan supaya masyarakat berbelanja di UMKM.
“Apabila ada gerakan belanja ke UMKM, tentunya akan menguatkan UMKM untuk tetap bisa bertahan di masa krisis seperti saat ini. Sangat penting bagi kita untuk membantu UMKM tetap bertahan, karena sampai saat ini UMKM masih menjadi penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Sehingga menyelamatkan UKM berarti mencegah terjadinya pengangguran besar-besaran,” jelas Dr Najib.
Ia menambahkan efektivitas gerakan ini sangat tergantung pada kesungguhan masyarakat untuk membantu sesama dengan cara yang terhormat. Apabila masyarakat membiarkan UMKM mati, dampaknya terhadap pengangguran akan bertambah, padahal mereka tetap butuh makan sementara mereka tidak punya pekerjaan.
Lebih lanjut Najib menyampaikan dengan berbelanja di UMKM berarti membantu tiga hal sekaligus, yaitu membantu bisnis UMKM tetap jalan, membantu menjaga agar pengangguran tidak bertambah dan membantu kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
“Kalau semangat saling menolong di masyarakat tumbuh, dan kesadaran akan pentingnya menyelamatkan UMKM sudah ada di kepala masyarakat maka gerakan ini akan cukup efektif,” tutur Najib.
Meskipun dinilai mampu memulihkan resesi, Najib menegaskan gerakan berbelanja di UMKM tidak bisa diprediksi berapa lama dapat membantu keluar dari resesi. Pasalnya, variabel makro juga harus dilihat lebih teliti lagi. Namun demikian, gerakan berbelanja di UMKM diharapkan dapat membantu UMKM dapat bertahan dan bisa tumbuh dalam masa krisis ini.
Gerakan ini merupakan tanggung jawab semua, karena semua orang perlu bertanggung jawab atas bergeraknya roda perekonomian rakyat yang dilakukan oleh UMKM. Pemerintah juga memiliki tanggung jawab lebih besar, karena pemerintah memiliki instrumen dan kebijakan.
“Presiden Jokowi juga sudah mengkampanyekan gerakan belanja di UMKM, tentu ini harus kita sambut baik. Bukan hanya dengan belanja saja tapi juga dengan membantu UMKM supaya bisa memasarkan produknya dengan baik agar lebih mudah diakses oleh masyarakat lain,” tambah Najib.
Termasuk di antaranya gerakan dari kaum milenial dan mahasiswa. Mereka sudah mulai menyadari dan memberikan partisipasinya dalam gerakan ini. Di antara mereka bahkan ada yang sudah terlibat membantu UMKM untuk bisa mengakses dunia digital agar produk-produk UMKM lebih mudah diketahui oleh masyarakat.
Meski begitu, kata Najibm mahasiswa juga memiliki keterbatasan, karena daya beli mahasiswa juga relatif kecil jika dibanding kelas menengah. Tetapi mahasiswa bisa berperan dalam menggaungkan gerakan ini melalui media sosial.
“Pemerintah juga telah melakukan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tinggal realisasi PEN ini mungkin yang perlu dipercepat, karena sampai saat ini menyerapan anggaran masih terbilang rendah. Belanja-belanja pemerintah ini akan menstimulasi pergerakan ekonomi, harapannya kita ekonomi kita bisa cepat tumbuh kembali,” pungkasnya.