Selasa 20 Oct 2020 08:45 WIB

Demo di Cile Peringati Gerakan Protes, Dua Gereja Dibakar

Demonstrasi di Cile digelar sepekan sebelum referendum konstitusi

Rep: Mabruroh/ Red: Nur Aini
Demonstrasi di Cile diwarnai pembakaran gereja
Foto: EPA
Demonstrasi di Cile diwarnai pembakaran gereja

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Dua gereja dibakar saat puluhan ribu demonstran berkumpul di alun-alun Santiago tengah, Cile, pada, Ahad (18/10). Unjuk rasa dilakukan untuk peringatan gerakan protes yang pecah tahun lalu, menuntut kesetaraan yang lebih besar di Cile.

Demonstrasi itu terjadi hanya seminggu sebelum Cile memberikan suara dalam referendum, tentang apakah akan menggantikan konstitusi era kediktatoran, salah satu tuntutan utama ketika gerakan protes dimulai pada Oktober 2019. Demo dimulai sejak pagi hari dengan suasana ramai di Plaza Italia. Pada sore hari, aksi demo mulai diwarnai dengan beberapa insiden kekerasan, penjarahan, dan vandalisme.

Baca Juga

Satu gereja yang dekat dengan Plaza Italia dibakar sedangkan gereja kedua dijarah dan juga mengalami kerusakan akibat kebakaran. Petugas pemadam kebakaran berhasil mengendalikan kobaran api saat itu.

"Pembakaran gereja adalah ekspresi kebrutalan," kata Menteri Dalam Negeri dan Keamanan, Víctor Perez, dilansir dari Ahram Online, Selasa (20/10).

Menurut media setempat, gereja kecil, Church of the Assumption yang mengalami kerusakan total akibat dibakar massa. Gereja tersebut dibangun pada 1876.

Terjadi bentrokan antara kelompok hooligan sepak bola di satu lingkungan Santiago, sementara pengunjuk rasa di Plaza Italia menyiram patung dengan cat merah. Wali kota komunis dari lingkungan dekat alun-alun, Daniel Jadue, diburu keluar dari Plaza Italia oleh pengunjuk rasa.

Unjuk rasa pada sore hari itu berbeda dengan di pagi hari. Pada pagi hari pengunjuk rasa banyak yang memakai masker untuk melindungi dari virus Covid-19, mengangkat spanduk, bernyanyi, dan menari. Polisi bahkan secara bertahap mundur dari Plaza Italia.

"Ini bagus, sangat bagus dan positif," kata pengunjuk rasa Viviana Donoso (43 tahun).

"Orang-orang Cile perlu bersatu, dan kami harus yakin bahwa kami dapat melakukan banyak hal," ujarnya.

Mereka hanya berharap agar Cile bisa menjadi lebih adil. Para pengunjuk rasa juga meminta warga negara mereka memberikan suara untuk menyetujui perubahan konstitusi yang diusulkan.

"Ini adalah kesempatan untuk mengatakan 'cukup!' Kami di sini dan kami akan memilih 'Setuju,' "kata Paulina Villarroel (29).

Aksi demo pertama kali meletus tahun lalu yang diawali sebagai tanggapan atas kenaikan tarif metro, sebelum kemudian menjadi demonstrasi umum menentang ketidaksetaraan dan pemerintah. Pada suatu malam terjadi kerusuhan, belasan stasiun metro dibakar, halte bus dihancurkan, supermarket dijarah, bangunan dirusak, dan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti-huru hara yang menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement