REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) sudah menyetujui penjualan tiga sistem persenjataan canggih ke Taiwan senilai 1,8 miliar dolar AS, Rabu (21/10) waktu setempat. Senjata-senjata itu termasuk sensor, rudal, dan artileri.
Di antara sistem persenjataan lainnya, pemberitahuan resmi kepada Kongres oleh Departemen Luar Negeri adalah untuk 11 peluncur roket berbasis truk yang dibuat oleh Lockheed Martin Corp. Senjata ini disebut Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS). Perkiraan biayanya senilai 436,1 juta dolar AS.
Pemberitahuan Pentagon tersebut juga mencakup 135 Rudal AGM-84H Standoff Land Attack Missile Expanded Response (SLAM-ER) dan peralatan terkait yang dibuat oleh Boeing, dengan harga sekitar 1,008 miliar dolar AS. Alat lain termasuk enam pod sensor eksternal MS-110 Recce yang dibuat oleh Collins Aerospace untuk jet dengan biaya 367,2 juta dolar AS.
Pemberitahuan ke kongres akan menyusul nantinya yakni drone yang dibuat oleh General Atomics dan rudal anti-kapal Harpoon berbasis darat buatan Boeing. Senjata ini berfungsi sebagai rudal jelajah pertahanan pantai.
Sumber mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa 100 stasiun rudal jelajah dan 400 rudal akan menelan biaya sekitar 2 miliar dolar AS.
Kongres membutuhkan waktu 30 hari untuk menolak atau menerima penjualan. Kendati demikan sekarang ada dukungan bipartisan yang luas untuk pertahanan Taiwan baik dari Demokrat maupun Partai Republik. Menteri Pertahanan Taiwan Yen De-fa menyambut baik perkembangan tersebut.
Dia mengatakan bahwa meskipun Taiwan tidak ingin terlibat dalam perlombaan senjata dengan China, Taiwan membutuhkan militer yang kredibel. Berbicara kepada wartawan, Yen mengatakan penjualan itu untuk membantu Taiwan meningkatkan kemampuan pertahanan mereka guna menghadapi ancaman musuh dan situasi baru.
"Ini termasuk kemampuan tempur yang kredibel dan kemampuan peperangan asimetris untuk memperkuat tekad kami untuk mempertahankan diri," ujarnya dikutip laman aljazirah, Kamis.
"Ini menunjukkan betapa pentingnya Amerika terhadap keamanan di Indo Pasifik dan Selat Taiwan. Kami akan terus mengkonsolidasikan kemitraan keamanan kami dengan Amerika Serikat," ujarnya menambahkan.
Beijing diyakini akan sangat marah dengan keputusan AS dan Taiwan. China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk merebut kembali pulau itu. Sementara itu, Washington melihat Taiwan sebagai pos terdepan demokrasi yang penting.