REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ancaman yang ditimbulkan China terhadap wilayahnya terus meningkat setiap hari. Namun, dia menekankan, Taiwan berada di garis depan dalam perjuangan untuk demokrasi.
“Ketika rezim otoriter menunjukkan kecenderungan ekspansionis, negara-negara demokratis harus bersatu untuk melawan mereka. Taiwan ada di garis depan,” kata Tsai dalam sebuah wawancara dengan CNN, Rabu (27/10).
Tsai mengaku tetap terbuka untuk berdialog dengan Presiden China Xi Jinping. Dia menilai, komunikasi akan membantu mengurangi kesalahpahaman antara kedua pemerintah. “Mengingat perbedaan kita dalam hal sistem politik, kita dapat duduk dan berbicara tentang perbedaan kita dan mencoba membuat pengaturan sehingga kita dapat hidup berdampingan secara damai,” ucapnya.
Tsai pun menanggapi pertanyaan tentang mengapa dialog lintas-selat memburuk. Menurutnya, hal itu terjadi karena situasi dan rencana China untuk kawasan tersebut telah banyak berubah.
Tsai mengatakan, Partai Komunis China pun perlu memutuskan, hubungan seperti apa yang diinginkannya dengan dunia. Sebab, di tengah meningkatnya risiko aksi militer, Tsai yakin Taiwan akan memperoleh dukungan dan bantuan, khususnya dari Amerika Serikat (AS).
“Apakah Xi (Jinping) ingin memiliki hubungan damai dengan semua orang di kawasan atau di dunia, atau apakah dia ingin menjadi posisi dominan sehingga semua orang mendengarkannya, mendengarkan China?” ujar Tsai.