Jumat 23 Oct 2020 14:06 WIB

Memperingati Hari Santri Bersama Komunitas Punk

Makna santri memang perlu diperluas lagi, tak terjebak santri yang belajar di Ponpes.

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Peringatan Hari Santri yang digelar di Ruang Riung Kota Bojongsari Baru, Depok, Kamis (22/10).
Foto: Dok Muhyiddin
Peringatan Hari Santri yang digelar di Ruang Riung Kota Bojongsari Baru, Depok, Kamis (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peringatan Hari Nasional (HSN) biasanya lekat dengan pesantren dan juga ormas-ormas Islam. Namun, pada momentum hari santri tahun ini berbeda dari biasanya, karena para santri jalanan juga ikut memperingatinya.

Para santri jalanan ini berasal dari komunitas-komunitas yang berada di jalanan, seperti pengamen, anak punk, tasawuf underground, santri dari beberapa pesantren, dan kaum muda lainnya yang ingin belajar agama Islam. Mereka datang ke acara Peringatan Hari Santri yang digelar di Ruang Riung Kota Bojongsari Baru, Depok, Kamis (22/10).

Saat Republika.co.id tiba di lokasi acara, tampak beberapa anak punk yang membuat lukisan kritik sosial yang bertuliskan 'Korupsi bahaya laten NKRI', 'No class No Border', dan lukisan 'Pangajian Santri Jalanan Pangabdian tak Mengenal Batasan'.

Kemudian tampak juga sosok musisi punk yang menarik perhatian, yaitu Mike Marjinal. Di awal acara, musisi yang bernama asli Muhammad Israfil ini bahkan melantunkan sholawat Thibbil Qulub dengan diiringi musik. Ia adalah pendiri komunitas Punk dan pentolan band Marjinal.

Dalam memaknai hari santri, Mike Marjinal mengungkapkan bahwa makna santri memang perlu diperluas lagi, tidak hanya terjebak santri yang belajar di pesantren saja. Karena, menurut dia, sangat banyak santri yang juga hidup di jalanan.

“Santri ini artinya memang harus diperluas lagi, yang tidak hanya terjebak pada pondokan dan aktivitas pondok saja,” ujar Mike saat berbicang dengan Republika.co.id, Kamis (22/10).

Menurut dia, santri jalanan juga memiliki tanggung jawab dalam membela tanah air dan memperkokoh nilai-nilai kebangsaan. Karena itu, menurut dia, santri jalanan harus membuktikannya dengan karya-karya yang bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa.

“Ini menjadi suatu hal yang juga tidak boleh diabaikan di hari santri ini. Minimal dalam arti ini jangan kemudian hanya terjebak pada seremonial hari santri,” ucap Mike.

Pria berambut gimbal ini juga berharap, Peringatan Hari Santri yang diselenggarakan setiap 22 Oktober tersebut mampu meningatkan kembali pada nilai-nilai sejarah dan bisa mengevaluasi tentang apa yang telah dilakukan kalangan santri selama ini.

“Dan pada momen yang berbahagia ini kita juga bisa menghadirkan banyak dari kalangan santri secara formal maupun santri jalanan, yang pada akhirnya cair semua. Bahwa siapapun yang peduli dengan tanah air adalah santri,” kata Mike.

Dia pun berterima kasih kepada Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid yang rela meluangkan waktunya untuk hadir di acara tersebut bersama para santri jalanan. Karena, menurut dia, Gus Jazil memberikan semangat bagi para santri jalanan untuk terus berkarya dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada tahun ini, tokoh yang akrab dipanggil Gus Jazil tersebut memilih untuk merayakan Hari Santri bersama santri jalanan karena mereka juga harus menikmati indahnya kemerdekaan. "Mereka juga harus ikut mengisi kemerdekaan dengan caranya. Tidak boleh di negeri yang merdeka ini ada kelompok yang merasa ditekan yang tidak diberikan haknya untuk berekspresi," jelas Gus Jazil.

Gus Jazil menambahkan, selama ini ada anggapan bahwa anak jalanan dianggap sebagai sampah masyarakat. Padahal, menurut dia, mereka juga mempunyai kewajiban dan hak yang sama untuk mencintai negeri ini.

“Mereka juga punya hak untuk memberikan yang terbaik juga dengan caranya. Mereka juga orang-orang yang memiliki potensi jika dibina," kata tokoh kelahiran Pulau Bawean, Gresik ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement