REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) se-Indonesia yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar mengpresiasi adanya perguruan tinggi yang fokus mendidik calon manajer dan imam masjid di Indonesia. Namun, menurut dia, perguruan tinggi tersebut sebaiknya bersinergi dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) ataupun IPIM.
“Saya kira penting (perguruan tinggi yang fokus untuk manajer masjid), cuma kita perlu duduk bareng. Paling tidak DMI itu punya segudang pengalaman. Jangan sampai namanya keren, tetapi profesionalisme penanganannya tidak komprehensif,” ujar Prof Nasaruddin saat dihubungi Republika, Ahad (25/10).
Menurut dia, manajer masjid penting untuk pengelolaan masjid ke depannya. Namun, dia mengingatkan agar lulusan manajer dan imam masjid dari perguruan tinggi tersebut tidak mengecewakan umat Islam.
“Saya khawatir nanti kalau wisuda menjadi pengurus masjid, tetapi mengecewakan. Karena, ada hal-hal tertentu yang sifanya tidak terjangkau, ada sebuah kegiatan yang ujung-ujungnya ada kepentingan tertentu,” ucapnya.
Diketahui, sejak 2015 lalu sudah ada Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah di Surabaya. Sejak berdirinya kampus ini memproklamirkan diri sebagai kampus pencetak imam dan manajer masjid.
Dengan memberikan beasiswa 100 persen, kampus ini mendidik mahasiswanya sebagai penghafal Alqur’an 30 juz, dai yang memiliki wawasan keislaman yang luas, serta pemimpin dan manajer masjid yang handal.
Prof Nasaruddin tidak bisa memberikan penilaian khusus terhadap perguruan tinggi tersebut, karena belum pernah melihatnya secara langsung. Namun, menurut dia, jika kampus tersebut melahirkan sesuatu yang positif maka harus diapresiasi.
“Jadi saya mengapresiasi aja kalau memang ada yang betul-betul bagus, kita apresiasi, kalau perlu kita beri dukungan,” katanya.
Dia menambahkan, di Masjid Istiqlal sendiri saat ini juga tengah merintis pendidik kader ulama, di mana di dalamnya juga terdapat pembelajaran manajemen masjid. Dia pun berharap, calon manajer dan imam masjid kedepannya bisa menjadikan masjid sebagai pemersatu umat.
“Jangan sampai nanti kita mempromosikan masjid, tapi itu masjidnya tidak menyatukan umat, bahkan masjid menjadi faktor pemecah belah umat,” jelasnya.
“Jadi bagus sekali kalau konsentrasi untuk mendidik, tapi sekali lagi perlu kita lihat pola manajemennya, kurikulumnya, kemenag juga harus terlibat,” imbuhnya.