REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa dengan magnitudo 5,5 di Kabupaten Pangandara, Jawa Barat tidak terkait dengan aktivitas Gunung Merapi yang masih tinggi dengan status waspada. Secara teknis, gempa di Pangandaran dan sekitarnya merupakan aktivitas tektonik yang berusa pergerakan antar lempeng. Sementara di Merapi, sifatnya adalah vulkanik atau gempa yang dipicu oleh aktivitas gunung berapi.
“Gempa di Pangandara adalah aktivitas tektonik berupa pergerakan lempeng Australia dan Eurasia, sementara Merapi adalah akibat vulkanis. Namun, keduanya sama-sama bisa mengakibatkan tsunami,” ujar Dr Masturyono MSc deputi bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kepada Republika, Senin (29/10).
Gempa di Pangandaran terjadi tepatnya pada Ahad (25/10) pukul 07.56 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan memiliki parameter update dengan magnitudo M 5,5 dan episenter gempa terletak pada koordinat 8,2 LS dan 107,86 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 88 kilometer arah Barat Daya Kota Pangandaran, Jawa Barat pada kedalaman 62 km.
BMKG juga menyebutkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau disebut dengan thrust fault.
Guncangan gempa selain di Pangandaran dapat dirasakan di daerah Sukabumi, Tasikmalaya, serta Kuningan, Garut, Cilacap, Kebumen, Kutoarjo, Banyumas, Banjarnegara, Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, dan Yogyakarta. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.