REPUBLIKA.CO.ID, Sebanyak 10 seniman dari Kilau Art Studio Jakarta berkolaborasi dengan 40 orang perajin resam dan masyarakat Kabupaten Muaro Jambi untuk membuat karya instalasi gigantik Harmoni(S). Karya instalasi itu merupakan respons atas keberagaman masyarakat Jambi.
Pada kegiatan yang didukung oleh Kemendikbud RI lewat program Fasilitasi Bantuan Kebudayaan (FBK) 2020 itu, Kilau Art Studio Jakarta menyinggung isu lingkungan lewat resam. Mereka mencoba memuliakan resam yang dijadikan sebagai bahan baku karyanya.
"Kami juga memuliakan resam yang notabennya adalah gulma sebagai bahan baku. Hal tersebut semata-mata sebagai sindiran terhadap kondisi lingkungan di berbagai wilayah negeri ini," ujar Ketua Komunitas Kilau Art Studio, Saepul Bahri, dalam keterangan tertulis, Selasa (27/10).
Sementara itu, visi lain dari Kilau Art Studio adalah dengan melibatkan sebanyak-banyaknya partisipan dalam proses pengerjaan karya gigantik Harmoni(S). Itu dilakukan dengan tujuan agar nilai-nilai kebersamaan dan kolaborasi yang direpresentasikan dalam bentukan karya tersebut benar-benar nyata dan dirasakan.
Anggota Komunitas Kilau Art, Rengga, menjelaskan, tujuan komunitasnya saat menerima bantuan dari Kemendikbud adalah menciptakan sebuah karya yang bukan bersumber dari ego komunitas saja. Karya yang mereka buat diharapkan menjadi karya yang bisa dimiliki siapa saja karena melibatkan banyak orang.
"Selain itu dengan kolaborasi, kami berharap adanya transfer ilmu pengetahuan baik itu dari komunitas ke pengrajin dan masyarakat, maupun sebaliknya," ungkap Rengga.
Rengga menambahkan, proses pembuatan karya dengan kolaborasi mempunyai tantangan tersendiri, yakni bagaimana setiap pihak bisa saling menerima dan berkompromi satu sama lain. Itulah dialektika yang ditawarkan melalui Harmoni(S) itu.