Kamis 29 Oct 2020 15:54 WIB

Noor Inayat Khan Muslim India yang Jadi Mata-mata di Inggris

Noor Inayat Khan jadi salah satu mata-mata wanita andal di Inggris saat perang dunia

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Patung Noor Inayat Khan
Foto: Wikimedia
Patung Noor Inayat Khan

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah film biopik berjudul A Call To Spy yang dirilis pada 2 Oktober memberikan penghormatan kepada perjuangan tiga mata-mata Inggris wanita selama Perang Dunia kedua. Salah satunya adalah Noor Inayat Khan, yang juga seorang penulis cerita anak-anak dan pasifis.

Dia jadi mata-mata Inggris selama Perang Dunia II dan akhirnya ditangkap dan dibunuh oleh Nazi. Noor lahir pada 1 Januari 1914 di ibu kota Rusia, Moskow. Ayahnya, Inayat Khan, seorang musisi dan pengkhotbah sufi, dan ibunya bernama Amina Begum (sebelumnya Ora Ray Baker).

Baca Juga

Keluarganya pindah ke Inggris tidak lama setelah Perang Dunia I meletus pada tahun yang sama. Setelah menghadapi peningkatan pengawasan dari Inggris karena pandangannya yang pro-India, Inayat akan kembali merelokasi keluarganya pada tahun 1920 ke Paris, di mana Noor tinggal bersama tiga adiknya sampai usia 26 tahun.

Kakek buyutnya, Sultan Tipu yang seorang penguasa Muslim abad ke-18 di negara bagian Mysore, telah meninggal saat berperang melawan kekuasaan Inggris di India pada tahun 1799.

Setelah pasukan Nazi merebut Prancis pada 1940, kehidupan Noor tiba-tiba terhenti. Dia melarikan diri untuk kedua kalinya ke Inggris bersama dengan ribuan penduduk Prancis lainnya.

Segera setelah kedatangannya, dia bergabung dalam upaya perang dengan mendaftar ke Women Auxiliary Air Force, pembantu wanita untuk Royal Air Force Inggris. Di sana ia bertindak sebagai operator nirkabel, pekerjaan yang sangat dia kuasai.

"Bagi Noor, ideologi Nazi dan program mereka terhadap orang Yahudi pada dasarnya menjijikkan dan bertentangan dengan semua prinsip kerukunan beragama yang dibesarkan oleh ayahnya," tulis penulis Shrabani Basu di biografi Noor berjudul Spy Princess yang terbit pada 2006, dilansir Aljazirah pada Kamis (29/10).

Dia adalah seorang Muslim sejak lahir, tetapi dia mencintai seorang pria Yahudi. Noor merasakan dorongan untuk melakukan sesuatu untuk membantu upaya perang. Ayah Noor, Inayat adalah seorang pengkhotbah tasawuf terkemuka.

Menurut buku Spy Princess, Inayat sangat percaya pada non-kekerasan dan kesatuan semua agama, konsep-konsep yang diinternalisasikan oleh Noor saat tumbuh dewasa. Ayahnya meninggal pada 1927 dalam perjalanan ke India. Ayahnya meninggalkan Noor yang berusia 13 tahun, anak tertua, untuk membantu ibunya membesarkan saudara-saudaranya.

"Sejak usia muda, Khan sudah menjadi seseorang yang secara intrinsik selalu tanpa pamrih dan pemurah," kata keponakan dan pemimpin Ordo Inayati, Pir Zia Inayat Khan.

Noor selalu membela mereka yang ditaklukkan, tambah Pir Zia, tidak peduli apa latar belakang mereka. "Dia rela berkorban untuk yang tertindas. Meskipun bukan orang Inggris, dia melayani tujuan mereka, dan akan membela kemerdekaan India setelah itu," tambahnya.

Noor direkrut oleh Special Operations Executive (SOE), sebuah organisasi rahasia Inggris yang menyewa mata-mata untuk membantu gerakan perlawanan lokal melawan Third Reich. Dia ditemukan cocok untuk pekerjaan itu karena dia fasih berbahasa Prancis.

Sadar sepenuhnya akan sifat penugasan yang sangat berbahaya, ditambah dengan sedikit kompensasi uang, Noor segera menerima tawaran itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement