jatimnow.com - Kepala Desa (Kades) Ngenep, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang yang beberapa hari lalu sempat didemo warga setempat dilaporkan ke polisi, Senin (2/11/2020).
Laporan itu dilakukan SY, suami asisten rumah tangga (ART) yang diduga memadu kasih di salah satu losmen di Kota Batu. Laporan itu dibuat SY di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Batu.
Sulianto, Kuasa Hukum SY mengatakan, kliennya sedang tidak dapat diwawancarai karena sedang dalam posisi shock setelah kasus dugaan perselingkuhan istrinya dan sang kades mencuat.
"Menurut klien saya, kejadian perzinahan dilakukan kedua pasangan itu di salah satu vila Desa Pandanrejo atau depan SPBU Pandanrejo pada 16 Oktober sekitar pukul 11.00 Wib. Padahal klien saya dan istrinya ini sudah memiliki satu anak dan satu cucu," jelas Sulianto.
Laporan itu, lanjut Sulianto, atas dugaan perzinahan mengarah pada Pasal 284 KUHP dengan terlapor Kepala Desa Ngenep.
Menurut Sulianto, suami ART itu mengetahui bila istrinya diduga selingkuh setelah istri kades melakukan penggrebekan. Bahkan saat digerebek, motor ART itu ditinggal dan sang kades kabur dari lokasi.
"Untuk barang bukti yang dikumpulkan sebagai bahan laporan antara lain video penggerebekan dan surat pernyataan dari ART tersebut," jelas Sulianto.
Baca juga: Warga Tuntut Kades di Malang Dicopot: Kakek Sugiono Versi Lokal
Sementara Kasatreskrim Polres Batu, Jeifson Sitorus membenarkan laporan dari warga Desa Ngenep tersebut. Usai menerima laporan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan penyelidikan.
"Jika diperlukan visum pasti akan dilakukan. Terpenting kami kumpulkan barang bukti, mungkin kalau ada catatan buku tamunya, lalu CCTV, mungkin," paparnya.
Terpisah salah satu pengelola Villa Bunga di Desa Pandanrejo, Rio mengaku baru mengetahui adanya kasus tersebut setelah tiga orang berpakaian sipil datang ke tempatnya.
Katanya, tiga orang itu mencari informasi penggerebekan yang terjadi pada 16 Oktober 2020. Namun dia membantah penggerebekan oknum kepala desa di tempat yang ia kelola.
"Tidak ada keramaian di sini pada tanggal 16 Oktober sekitar pukul 11.00 Wib. Dalam rekaman CCTV, juga tidak terlihat adanya keramaian. Waktu itu memang ada tiga orang yang datang ke tempatnya terus mendesak agar saya mengatakan adanya penggerebekan," paparnya.
"Tidak ada keramaian. Rekaman CCTV saya serahkan ke pihak kepolisian. Waktu itu tidak ada tamu yang menginap. Adanya tamu yang sekadar singgah untuk istirahat. Dan saya tak pernah tau apa latar belakang tamu saya, karena gak pernah saya tanya," paparnya.
Kepala Desa Ngenep, Suwardi juga membantah adanya isu kalau ia melakukan tindakan asusila. Bahkan menurutnya tuduhan tersebut juga tidak memiliki bukti.
"Tidak benar, kalau benar mana buktinya. Warga yang membangun isu dan melakukan demo beberapa waktu lalu merupakan lawan politik saya. Semua itu untuk menjatuhkan dirinya sebagai kepala desa," ungkap Suwardi
Suwardi juga membantah isu bahwa istrinya memergoki dia di sebuah vila tersebut.
"Sekali lagi itu tidak benar. Semuanya tidak benar, tuduhan-tuduhan itu tidak benar. Waktu itu saya di kantor. Kebetulan pada pukul 11 itu mau persiapan jumatan," tegasnya.
Senada dengan suaminya, Isna Widawati, istri Suwardi juga menyatakan tidak pernah menggerebek suaminya bersama wanita manapun.
"Kalau ada yang ngomong tolong dimintai bukti. Saya tidak pernah menggerebek suami saya. Apa yang dituduhkan masyarakat kepada suami saya itu tidak benar," terang Isna beberapa waktu lalu.
Isna menambahkan, ketika ada pertemuan di balai desa melibatkan semua pihak, ketika ditanya siapa yang bertanggungjawab dengan aksi tersebut, tidak ada satu pun mau bertanggungjawab.
"Yang jelas ada indikasi pihak lain yang ingin menjatuhkan Pak Kades. Ini sudah kelewat batas, maka kami ikut bicara dan meluruskan," tutupnya.