Rabu 04 Nov 2020 05:51 WIB

Mahasiswa Perikanan IPB Monitoring Mangrove di Tangerang

Peran stakeholder dalam konservasi mangrove sangatlah penting.

Mahasiswa Perikanan IPB University melakukan monitoring dan penanaman mangrove di Tangerang, Banten.
Foto: Dok IPB University
Mahasiswa Perikanan IPB University melakukan monitoring dan penanaman mangrove di Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himasper) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mengadakan acara Festival Air pada Ahad (1/11) dengan mengangkat tema “Collaboration to Aquatic Ecosystem Conservation”. Kegiatannya berupa monitoring dan penanaman mangrove oleh mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan di Desa Patramanggala, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Menurut para mahasiswa ini, desa Patramanggala perlu  mendapat perhatian dan dikonservasi karena lokasi pantai dan daerah estuarianya dekat dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Sehingga,  perlu adanya mangrove untuk meminimalisir terjadinya pencemaran dan bencana alam karena mangrove mempunyai manfaat yang sangat banyak.

“Dua tahun yang lalu, mahasiswa sudah melakukan penanaman sebanyak 7.500 bibit mangrove. Sehingga perlu diadakan monitoring untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanaman yang telah dilakukan. Terdapat dua jenis mangrove yang di tanam yaitu Rhizophora di dua lokasi dengan tingkat keberhasilan 60 persen hingga 70 persen dan satu lokasi lainnya mati karena faktor alam. Sedangkan jenis Bruguiera dengan tingkat keberhasilan 20 persen hingga 30 persen yang ditanam pada lokasi tambak,” ujar Mulyana, sukarelawan dari kelompok mangrove Tunas Harapan dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Mulyana mengatakan bahwa tingkat kegagalan pertumbuhan mangrove disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti ketidakesesuaian antara cuaca dan musim penanaman sehingga kecil kemungkinannya untuk tumbuh.

Dua tahun yang lalu, penanaman dilakukan pada bulan September sehingga air pasang pada saat itu kecil dan tidak adanya akses air tawar. Menurutnya,  penanaman yang cocok adalah pada saat musim hujan dan air pasang yang tinggi sehingga masukan air menjadi banyak.

“Jenis mangrove Rhizophora yang ditanam di lokasi tiga, tidak dapat bertahan hidup karena dimakan oleh binatang ternak seperti kambing. Daun mangrove dijadikan sebagai makanan kambing mengingat lokasi peternakan yang tidak jauh dari penanaman mangrove. Sementara itu, penanaman mangrove di lokasi tambak seharusnya dilakukan pada musim hujan agar salinitas tidak terlalu tinggi dan mangrove dapat tumbuh dengan baik,” ujarnya.

Ia menegaskan, peran stakeholder dalam konservasi mangrove sangatlah penting. “Adanya kolaborasi antara mahasiswa dan pemerintah desa Patramanggala sangat diperlukan agar para stakeholder lebih mendukung adanya daerah konservasi mangrove,” tuturnya.

Ia juga mengemukakan, daerah konservasi mempunyai manfaat bagi masyarakat. Dengan adanya daerah konservasi mangrove ini, kepiting bakau menjadi lebih meningkat dan pendapatan para pencari kepiting bakau juga meningkat.

“Selain itu, muncul udang alam pada daerah mangrove dan dapat digunakan sebagai tempat memelihara bandeng sehingga dapat tumbuh dengan baik. Manfaat lainnya ialah lingkungan menjadi lebih baik dan menjadi tempat berkembang biak biota lainnya karena kaya akan nutrient,” paparnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement