Rabu 04 Nov 2020 06:17 WIB

Temui Para Pendemo, Bupati Klungkung Apresiasi Aksi Damai

Warga Nusa Penida desak AWK mundur.

Komponen masyarakat Nusa Penida yang melakukan aksi damai mengecam pernyataan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Arya Wedakarna (AWK), di depan Monumen Puputan Klungkung, Selasa (3/11).
Foto: Dok. Nus
Komponen masyarakat Nusa Penida yang melakukan aksi damai mengecam pernyataan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Arya Wedakarna (AWK), di depan Monumen Puputan Klungkung, Selasa (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menerima tuntutan pernyataan sikap komponen masyarakat Nusa Penida yang melakukan aksi damai mengecam pernyataan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Arya Wedakarna (AWK), di depan Monumen Puputan Klungkung, Selasa (3/11). Pernyataan Sikap Semeton Nusa Penida ini diserahkan oleh koordinator aksi, I Wayan Sukla disaksikan oleh Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Klungkung dan Komandan Distrik Militer (Dandim) 1610 Klungkung. 

Dalam pernyataan sikap tersebut, I Wayan Sukla menyampaikan beberapa poin diantaranya mosi tidak percaya kepada AWK selaku anggota DPD RI Wakil Bali. Kemudian, mendesak kepada Badan Kehormatan untuk memberhentikan AWK dari keanggotaan DPD RI, serta mempolisikan AWK karena telah menghina simbol-simbol dan kepercayaan masyarakat Nusa Penida. 

Massa yang berjumlah sekitar 300 orang lebih dengan mengenakan atribut poleng tiba di depan monumen Puputan Klungkung pada pukul 08.30 wita dengan lima kendaraan truk. Mereka datang langsung dari kepulauan Nusa Penida guna meramaikan aksi damai ini. 

Rombongan yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat ini selanjutnya berorasi menyampaikan berbagai kecaman dan tuntuntan yang ditujukan kepada AWK, yang dianggap telah menyinggung kepercayaan masyarakat Nusa Penida. Aksi ini dikawal oleh sekitar 500 polisi dengan didukung tiga mobil water canon.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengapresiasi karena aksi ini telah dilakukan dengan damai dan dilaksanakan di tempat yang sakral yakni Monumen Puputan Klungkung. Hal ini sesuai dengan saran yang telah disampaikan Suwirta dalam pertemuan di wantilan Pura Dalem Ped, Nusa Penida. 

“Belajar dari apa yang terjadi selama ini, sebagai pemerintah daerah mengimbau jangan sampai menyakiti orang lain sehebat apapun kita dan berapa pun jumlah buku yang telah dibaca, berbicaralah sesuai kewenangan. Jangan menganggap diri hebat sehingga saat berbicara akan dapat menyakiti atau melukai perasaan orang lain," ujar Suwirta. 

Di hadapan para pendemo, Suwirta berjanji bersama Kapolres dan Dandim Klungkung akan meneruskan apa yang menjadi tuntutan dalam orasi. 

“Percayakan kepada kami tetapi terus saling mengingatkan. Agama dan keyakinan bukan untuk dikupas dan diungkit ungkit namun untuk dilakukan sebaik-baiknya. Karena jika agama dan keyakinan ini diungkit maka akan bisa menyebabkan luka bagi penganutnya," ujar Bupati asal Nusa Ceningan ini.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement