REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat akan menggelar Musyarawah Nasional (Munas) X pada 25-27 November 2020 mendatang. Karena adanya pandemi Covid-19, helatan akbar MUI ini akan digelar secara daring (online) dan luring (offline).
“Jadi intinya itu digelar secara online semua, tapi ada yang offline. Yang offline itu terbatas di Hotel Sultan sebagai pusat kegiatan,” ujar Kiai Djaidi saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (5/10).
Menurut dia, kegiatan luring hanya bisa diikuti oleh sekitar 88 peserta, sedangkan yang lainnya akan mengikuti secara daring. Munas MUI sendiri rencananya akan dibuka Presiden Joko Widodo dan akan ditutup Wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin yang juga Ketua Umum MUI.
Kiai Djaidi menuturkan, ada beberapa agenda yang akan dilaksanakan dalam Munas X MUI tersebut. Di antaranya, pertanggugn jawaban ketua umum MUI, kemudian ada pembahasan program kerja, pembahasan AD/ART, pembahasan rekomendasi, dan pembahasan fatwa.
“Pembukaan, penutupan, kemudian sidang-sidang, laporan, semuanya itu online,” ucapnya.
Setelah itu, kemudian MUI akan membentuk tim formatur yang anggotanya dipilih melalui mekanisme yang berlaku di peraturan Munas MUI X 2020. Tim formatur inilah yang nantinya akan menentukan pemilihan Ketua Umum MUI yang baru.
“Tim formatur itu sekitar 17 orang. Nanti tim formatur itu yang kaan memilih dan memutuskan MUI ke depan,” ucapnya.
Dia menambahkan, Munas X MUI kali ini akan mengangkat tema “Meluruskan Arah Bangsa dengan Wasathiyatul Islam, Pancasila dan UUD NRI 1945 secara Munrni dan Konsekuen”. Menurut dia, tema tersebut sudah final.
“Temanya kemarin dibahas karena ada beberapa usulan. Tapi intinya adalah bagaimana memperkuat ukhuwah islamiyah dengan mengusung Islam Wasathiyah,” kata Ketua Dewan Syuro Al Irsyad Al-Islamiyyah ini.