Jumat 06 Nov 2020 12:25 WIB

Dokter di Somalia Biayai Sendiri Laboratorium Covid-19

Medipark jadi satu-satunya laboratorium swasta di kota yang menguji virus Covid-19

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Abdullahi Sheikdon Dini
Foto: Arab News
Abdullahi Sheikdon Dini

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU – Seorang Dokter asal Somalia Abdullahi Sheikdon Dini membuka laboratorium virus corona jenis baru 2019 (Covid-19). Laboratorium ini merupakan uji diagnostik lanjutan pertama di Mogadishu sejak Januari silam. Labolatorium ini dibangun dengan mengumpulkan uang bersama setelah studi medis di luar negeri.

Dilansir di Arab News, Jumat (6/11), kehadiran laboratorium ini dinilai sangat tepat waktu. Sebab hanya dua bulan kemudian, wabah Covid-19 menghampiri Afrika. Sejak saat itu, Diagnostik Medipark yang dijalankannya dengan lima dokter lain mengumpulkan 1 juta dolar AS untuk membeli peralatan medis dan telah menjadi kunci utama infrastruktur kesehatan negara yang cukup didukung.

Dulu, rumah sakit menunggu berminggu-minggu untuk hasil tes darah. Sekarang, kata dia, mereka bisa menggunakan laboratorium untuk menguji kondisi termasuk HIV dan hepatitis. Dalam perang melawan Covid-19, Medipark telah menjadi harapan untuk mencegah virus semakin meluas.

“Kami memiliki persediaan dan ahli patologi molekuler, kami berhubungan dengan ahli patologi lain yang melakukan tes Covid-19 di negara lain,” kata Dini.

Dini menjabarkan, hingga Juli Medipark adalah satu-satunya laboratorium swasta di kota yang menguji virus Covid-19. Dia pun menegaskan, uji coba dilakukan sejak teknisi melatih petugas kesehatan pemerintah untuk melakukan tes.

“Kami dibutuhkan, dan kami dihargai, luar biasa,” katanya.

Adapun Medipark telah mengatur jalur impor reagen yang diperlukan untuk pengujian, termasuk uji polymerase chain reaction (PCR) yang digunakan untuk Covid-19. Medipark mempekerjakan staf dari Kenya, Lebanon, dan India untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan yang diimpor dari Eropa, Asia dan Amerika Serikat.

Sebagaimana diketahui, Somalia telah dilanda konflik sejak 1991, dan wabah penyakit seperti kolera sering terjadi. Lebih dari 2 juta orang tidak memiliki cukup makanan. Banyak yang tinggal di kamp-kamp yang padat dan tidak sehat, menciptakan ketakutan bahwa Covid-19 dapat menyebar melalui populasi yang rentan.

Meski demikian sejauh ini hal itu belum terjadi. Kementerian Kesehatan Somalia telah mencatat 4.229 infeksi dan 107 kematian dalam pandemi itu, dengan sebagian besar negara terlarang karena pertempuran itu, yang kemungkinan besar kurang terhitung.

Laboratorium Medipark terletak di sebelah Hotel Shamo, tempat pemboman tahun 2009 menewaskan 19 orang selama wisuda mahasiswa kedokteran. Dini ada di sana dan ingatannya masih segar dengan peristiwa tersebut. Namun, dia dan rekan-rekan dokternya bangga bisa kembali ke rumah untuk memberikan bantuan yang diperlukan di saat pandemi Covid-19.

“Saya senang membantu komunitas saya dan membuat perbedaan,” kata seorang yang berpraktik di Rwanda dan Sudan Selatan sebelum kembali dua tahun lalu untuk membantu membuka laboratorium, Ali Muse.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement