Ahad 08 Nov 2020 06:46 WIB

PLN Catat Belanja BBM Rp 26 T per Tahun

Belanja BBM yang besar mendorong PLN mengonversi PLTD.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Megaproyek PT PLN Ikhsan Asaad. Belanja PLN untuk membeli BBM sebagai bahan baku PLTD per tahun mencapai Rp 26 triliun.
Foto: Humas PLN Disjaya
Direktur Megaproyek PT PLN Ikhsan Asaad. Belanja PLN untuk membeli BBM sebagai bahan baku PLTD per tahun mencapai Rp 26 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat belanja PLN untuk membeli BBM sebagai bahan baku PLTD per tahun mencapai Rp 26 triliun. PLN menilai angka ini harus untuk menekan angka impor dan membuat perusahaan lebih efisien.

Direktur Megaproyek PLN, Ikhsan Asaad menjelaskan, belanja yang cukup besar untuk BBM inilah yang menjadi alasan dilakukannya konversi dari PLTD menjadi energi baru terbarukan (EBT). Apalagi, kebutuhan BBM di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi melalui impor, sehingga ini bisa semakin menekan devisa negara.

Baca Juga

Bila PLTD PLN dikonversi menjadi EBT, ini bisa membantu keuangan negara melalui pengurangan impor BBM. "Bayangkan, kami itu belanja BBM setahun Rp 26 triliun. Kalau konversi diesel-diesel tadi, kita lihat betapa besar penghematannya," ujar Ikhsan, Ahad (8/11).

Selain membantu keuangan negara, dengan melakukan konversi dari diesel ke EBT, lanjut Ikhsan, akan mampu melistriki suatu daerah sampai 24 jam. Karena selama menggunakan diesel, penerangan hanya berjalan selama enam hingga 12 jam saja.

"Jadi, multiplier effect-nya besar," kata Ikhsan.

Di daerah-daerah terpencil, untuk mendatangkan BBM sangat sulit, ditambah ongkos angkut yang mahal. Bahkan, kadang BBM diangkut hanya untuk melistriki 30-40 rumah saja. Kondisi ini lah yang membuat biaya pokok penyediaan (BPP) semakin mahal. Bahkan, kata Ikhsan, BPP di Papua ada yang sampai Rp 4.000 per kWh.

"Di Maluku minyak diangkut kapal yang pelanggannya hanya 30-40 rumah. Tugas PLN harus tetap melaksanakannya," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement