REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran, Hassan Rouhani, telah meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) berikutnya untuk memulai kembali memenuhi komitmen di bawah kesepakatan nuklir Iran, Sabtu (7/11). Dia mengatakan rakyat Iran telah menghadapi terorisme ekonomi selama tiga tahun terakhir dan telah menunjukkan perlawanan yang mengagumkan.
“Keputusan negara kami selalu jelas dan negara kami akan melanjutkan perlawanan dan kesabarannya dalam keadaan apa pun sampai pihak lain tunduk pada hukum,” kata Rouhani dikutip dari Aljaziran.
Rouhani berharap pihak yang memberi sanksi kepada Iran akan sampai pada kesimpulan bahwa metode mereka salah dan tidak akan membuahkan hasil. “Kami berharap pengalaman tiga tahun ini menjadi pelajaran bagi mereka yang akan membuat pemerintahan AS berikutnya mengikuti hukum dan kembali pada semua komitmennya,” katanya.
Presiden Donald Trump pada Mei 2018 memutuskan keluar dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia pada 2015. Secara sepihak, AS menjatuhkan sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran. Sanksi tanpa akhir yang dikeluarkan dengan berbagai penetapan, kini telah memasukkan seluruh sektor keuangan Iran ke dalam daftar hitam.
Presiden terpilih dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah berjanji untuk kembali ke kesepakatan nuklir dalam masa kampanyenya. Dia akan mengurangi tekanan terhadap Iran dalam upaya untuk mengembalikan negara tersebut ke meja perundingan.
Iran mengatakan akan kembali ke komitmen penuh begitu AS kembali ke kesepakatan, mencabut sanksi, dan membayar kompensasi. Otoritas Iran telah mempertahankan kebijakan negara tidak berubah tergantung pada siapa yang memasuki Gedung Putih.