Sabtu 14 Nov 2020 05:54 WIB

Waspadai Dampak La Nina terhadap Banjir Lahar Dingin Merapi

BNPB mengatakan hujan yang mengguyur puncak Gunung Merapi harus diantisipasi. 

Red: Ratna Puspita
Relawan mengamati aktivitas Gunung Merapi dari Pos Pantau Merapi Balerante di Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (13/11/2020). Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada tangga 6 - 12 November 2020, kegempaan Gunung Merapi tercatat 244 gempa vulkanik dangkal, 2.189 gempa fase banyak, sembilan gempa low frekuensi, 385 gempa guguran, 403 gempa hembusan dan enam gempa tetonik di mana intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu.
Foto: Aloysius Jarot Nugroho/ANTARA
Relawan mengamati aktivitas Gunung Merapi dari Pos Pantau Merapi Balerante di Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (13/11/2020). Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada tangga 6 - 12 November 2020, kegempaan Gunung Merapi tercatat 244 gempa vulkanik dangkal, 2.189 gempa fase banyak, sembilan gempa low frekuensi, 385 gempa guguran, 403 gempa hembusan dan enam gempa tetonik di mana intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak mewaspadai dampak fenomena anomali iklim La Nina terhadap potensi banjir lahar dingin akibat erupsi Gunung Merapi. Fenomena La Nina diperkirakan terjadi pada Desember 2020, Januari, dan Februari 2021 dengan curah hujan yang bakal meningkat 40 persen dari tahun lalu.

"Sehingga bulan-bulan ini memang betul-betul kita pertimbangkan terkait dengan banjir lahar dingin itu," kata Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan saat jumpa pers secara virtual, Jumat (14/11).

Baca Juga

Ia mengatakan, hujan yang mengguyur puncak Gunung Merapi harus diantisipasi. Apabila muncul material akibat erupsi bisa saja terseret banjir lahar dingin.

Untuk mengantisipasi hal itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan BPBD DIY telah memasang kamera CCTV di sejumlah sungai utama di Yogyakarta sejak 2010. "Kita bisa lihat dari menit ke menit posisi banjir seperti apa dan bagaimana rencana kontinjensi yang ada di arah Kota Yogyakarta terkait dengan ancaman banjir lahar dingin," kata dia.