Sabtu 14 Nov 2020 15:35 WIB

Ekspor Perikanan Menurun, KBRI Gelar Business Matching

Nilai ekspor produk perikanan ke Singapura turun 16,17 persen.

Rep: Arie Liliyah (swa.co.id)/ Red: Arie Liliyah (swa.co.id)
.
.

Indonesia sudah lama menjadi suplier utama untuk produk seafood bagi Singapura, tak terkecuali saat pandemi. Namun, saat ini para pemasok dari Indonesia memang terjadi penurunan. “Meski demikian tetap ada peluang demand untuk produk seafood, tidak hanya konsumsi domestik Singapura tetapi juga untuk di re-ekspor ke negara lainnya di dunia," ujar William Tan, Chairman of Seafood Industries Association Singapore (SIAS).

Hal itu disampaikan William dalam sambutan pada pembukaan Webinar and Virtual Business Matching on Fisheries yang diselenggarakan oleh KBRI Singapura bekerja sama dengan Singapore Food Agency serta SIAS. Dalam kesempatan yang sama, Mahmud Sutedja, Direktur Pemasaran Dirjen Pengembangan Produk Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, mengatakan kinerja ekspor perikanan dan produk olahannya menurun dalam 5 tahun terakhir. “Ekspor produk perikanan Indonesia ke Singapura periode 2015 -2019 mengalami penurunan, dari sisi volume turun 6,52 persen dan dari sisi nilai turun 16,17 persen berturut-turut.," jelasnya.

Tetapi secara umum kinerja ekspor perikanan Indonesia tetap positif. Pada periode Januari – September 2020, total nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai US$ 3,76 miliar, naik 7,92% dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Total volumenya tercatat 916,26 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Pasar ekspor perikanan Indonesia yakni: ASEAN sekitar 20,35% dari total ekspor atau senilai US$ 438,67 juta (11,67% dari total nilai ekspor). Kedua adalah China, dengan volume 297,04 ribu ton (32,41%), nilanya US$ 580,38 juta. Ketiga Eropa, volume 41,98 ribu ton (4,58%), nilainya US$ 209,50 juta (5,58%). Keempat, Amerika Serikat, volume 75,49 ribu ton (19,15%) nilainya US$ 1,553 juta (40,81%).

Oleh karena itu, Mahmud berharap lewat forum bisnis ini diharapkan bisa mempertemukan eksportir dari Indonesia dan importir dari Singapura untuk memastikan kebutuhannya dalam hal kuantitas, kualitas dan jenis yang akan disepakati. Di forum ini ada 14 eksportir perikanan dan seafood dari Indonesia yang ikut.

Sementara itu, Peh Zi Yang, Manager Industry Development & Partnership Division Singapore Food Agency, menjelaskan Singapura dengan populasi yang kecil hanya 5,8 juta penduduk, secara mayoritas bergantung pada produk pangan impor. Khusus untuk ikan, impor tertinggi Singapura adalah produk makarel, scad dan belut. Lalu untuk seafood impor tertinggi Singapura adalah udang, lobster, kepiting, cumi-cumi, cuttlefish dan kerang. Ada dua sentra seafood impor di Singapura yang menjadi pintu masuknya produk seafood impor yakni Pelabuhan Ikan Jurong dan Pelabuhan Ikan Senoko.

Sebagai informasi, pasar Singapura sangat sensistif soal harga, sehingga di sini ada banyak perusahaan importir ikan dan seafood yang menawarkan produk dengan kelompok harga mulai dari lower hingga yang higher. Untuk produk olahan, Singapura lebih banyak mengimpor yang basic seperti fishcake, karena mereka kurang toleran dengan ragam rasa bumbu yang dipakai oleh negara asal produk. Singapura lebih banyak mengimpor dalam bentuk segar yang dibekukan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement