REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren kenaikan harga pangan jelang akhir tahun mulai diantisipasi. Sejumlah komoditas pangan diketahui mulai mengalami kecenderungan harga pangan. Pemerintah menekankan fokus pada kesiapan sistem distribusi agar penyediaan pangan dapat merata secara nasional.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, mengatakan, masalah kenaikan harga pangan terus berulang setiap tahun. Pemerintah, menurut dia, tentu tidak dapat menguasai 100 persen produksi pangan. Namun setidaknya upaya intervensi harus dilakukan agar daerah defisit pangan bisa teratasi.
"Harga pangan seperti bawang, cabai, misalnya itu gejolak luar biasa di akhir tahun pasti naik, lalu naik terus sampai bulan Maret baru turun. Ini menuntut kecanggihan kita dalam distribusi dan pengelolaan pasokan," kata Agung akhir pekan ini.
Ia mengatakan, beberapa komoditas pangan justru masih ada yang berjalan sendiri tanpa instrumen intervensi dari pemerintah. Hal itu, kata dia, alhasil membuat adanya disparitas harga yang cukup tinggi antar daerah.
Komoditas pangan yang dinilainya cukup aman yakni hanya beras. Sebab, pemerintah memiliki Bulog sebagai perusahaan pelat merah yang fokus dalam distribusi beras secara nasional.
"Ada beberapa provinsi yang surplus untuk komoditas tertentu, tapi ada juga yang defisit. Oleh karena itu perdebatan kita dalam distribusi ini menjadi ukuran dalam ketahanan pangan kita," kata.
Kepala Bidang Harga Pangan, BKP, Inti Pertiwi, menambahkan, sejumlah komoditas memang mulai menunjukkan tren kenaikan harga. Di antaranya minyak goreng, bawang putih, dan beras jenis medium. Menurutnya, masing-masing komoditas memiliki persoalan secara khusus.
Namun pemerintah telah berkoordinasi dengan setiap pemangku kepentingan untuk masing-masing komoditas dalam menghadapi tren kenaikan harga akhir tahun.