Rabu 18 Nov 2020 19:33 WIB

Empat Solusi Muhammadiyah untuk Masalah Bangsa

Muhammadiyah menilai Indonesia masih menghadapi masalah berat

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir memberikan empat solusi untuk mengatasi masalah bangsa. Menurutnya, Indonesia masih menghadapi masalah berat mulai dari korupsi, utang luar negeri, eksploitasi sumber daya alam, kesenjangan sosial-ekonomi, konflik antarkomponen bangsa, produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik, serta masalah-masalah kebangsaan lainnya.

"Muhammadiyah mengajak pemerintah, kekuatan politik, warga bangsa, umat Islam, dan keluarga besar Muhammadiyah untuk menebar dan mewujudkan nilai-nilai kebaikan dan ikhtiar kolektif dalam memberi solusi hadapi pandemi dan masalah negeri," katanya saat resepsi virtual milad Muhammadiyah ke-108 bertema 'Meneguhkan Gerakan Keagaman Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri', Rabu (18/11).

Solusi pertama, pemerintah di seluruh tingkatan bersama legislatif, yudikatif, TNI-Polri, partai politik, dan lembaga lainnya dituntut tanggung jawab politik berjiwa kenegarawanan tinggi. Terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan menyelesaikan masalah-masalah negeri dengan mengedepankan sebesar-besarnya hajat hidup rakyat di atas yang lainnya.

"Jadikan Indonesia negara hukum yang demokratis serta berdiri tegak di atas dasar Pancasila dan UUD 1945. Bawalah Indonesia menuju perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur," katanya.

Solusi kedua, segenap warga bangsa memiliki kewajiban dan tanggung jawab kolektif dalam menghadapi pandemi dan memecahkan masalah negeri dengan semangat gotong royong. Pupuk kebersamaan sebagai keluarga besar bangsa dalam jiwa persatuan Indonesia dengan mengembangkan kerjasama, toleransi, kepedulian, kesetiakawanan, dan saling berbagi sebagai modal sosial yang penting.

"Dalam membangun hubungan termasuk melalui media sosial hilangkan hoaks, fitnah, serta benih saling curiga, kebencian, pertikaian, dan konflik yang dapat menambah berat beban masalah bangsa dan terjadinya disintegrasi nasional," ujarnya.

Solusi ketiga, umat Islam dituntut menjadi uswah hasanah disertai sikap cerdas dan bijaksana dalam menghadapi situasi keumatan dan kebangsaan yang kompleks dan sarat perbedaan. Semua komponen dan tokoh umat dapat menjaga situasi kebangsaan tetap kondusif, seraya menjauhkan diri dari perselisihan dan segala tindakan kontroversi yang dapat mengganggu keutuhan ukhuwah Islamiah maupun persatuan bangsa.

"Perkuat nasionalisme sebagai ekspresi dan jalinan integrasi keislaman dan keindonesiaan yang utuh, serta hindari tindakan-tindakan intoleran yang dapat merugikan hubungan keumatan dan kebangsaan yang selama ini telah terjalin dengan baik," ujarnya.

Solusi keempat, seluruh warga Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi dan situasi negeri mesti menjadi pemberi solusi sejalan kepribadian dan khittah gerakan dalam perspektif Islam berkemajuan.

"Wujudkan beragama yang mencerahkan dengan menampilkan kesalehan dan kemajuan perilaku Islami yang autentik untuk kemaslahatan hidup bersama seiring spirit Milad ke-108, Meneguhkan Gerakan Keagamaan, Solusi Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement