REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, pelaku Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) mendominasi sektor pertanian dan pangan. Proporsinya hampir mencapai 52 persen.
Para pelaku usaha di sektor pertanian tersebut, kata dia, menghadapi kendala seperti kepemilikan lahan sempit atau merupakan nelayan kecil dan buruh nelayan di sektor perikanan. “Mereka juga menghadapi rantai pasok komoditas yang rumit dan panjang sehingga kerap menekan harga petani atau nelayan,” ujar Teten dalam Jakarta Food Security Summit (JFSS), Rabu (18/11).
Maka demi memberdayakan para petani dan mencapai ketahan pangan, kata dia, Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM berusaha mendorong penguatan kelembagaan petani, nelayan dan peternak dalam sebuah koperasi modern. Dengan begitu, nantinya bisa mencapai skala ekonomis.
"Koperasi modern tersebut nantinya akan mengadopsi konsep corporate farming atau korporatisasi pangan. Ada delapan komoditas yang sedang dijajaki penguatan kelembagaannya,” jelasnya.
Teten menambahkan, pembiayaan ke sektor pangan yang tidak pasti, kerap menjadi masalah pula bagi petani dan peternak. "Pembiayaan ke sektor pangan dianggap high risk, sehingga sedikit pembiayaan ke sektor pangan yang kecil. Maka kita di Jateng kerja sama dengan Jamkrindo untuk koperasi, sehingga petani dan peternak di sana tidak dipusingkan," tutur dia.
Pada kesempatan serupa, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengatakan, peran perbankan, sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan.Terlebih saat ini daya beli masyarakat, termasuk para petani menurun, padahal roda perekonomian harus dikembalikan ke putaran awal.
Maka perbankan, termasuk BRI selalu menggandeng para petani pangan dan UMKM guna memberikan edukasi dan pendampingan agar mereka bisa menjadi mitra lembaga keuangan yang setara. “Kami sendiri (Bank BRI) memprioritaskan penyaluran kredit kepada (UMKM) di sektor pangan untuk mendongkrak kapasitas produksi pangan dalam negeri,” ujarnya.
Sunarso menambahkan, sektor pertanian Indonesia harus sudah berubah dari teknologi tradisional ke pertanian presisi dan selanjutnya harus berubah menjadi futuristic farming. “Strategi pertanian kita (Indonesia) harus visioner dan pangan harus dibicarakan untuk 40-50 ke depan,” kata dia.