REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepuluh (10) tahun merupakan waktu yang paling cepat bagi pengelola taman baca. Karena banyak taman baca yang berhenti beroperasi kurang dari 10 tahun,” imbuh Muhammad Ma’ruf dalam membuka perbincangan (Kamis, 19/11).
Muhammad Ma’ruf atau yang basa disapa Bang Rauf merupakan salah satu pendiri Taman Baca Masyarakat (TBM) Edelweiss yang berada di Jalan Bakti Pramuka RT 11 RW 01 Kelurahan Kamal, Kecamatan Kali Deres, Jakarta Barat. Rauf menjelmakan wilayah teras dan pekarangan rumah pribadi menjadi sesuatu yang bermakna bagi anak-anak, yakni menghadirkan aneka macam buku, dan kegiatan belajar-mengajar yang menarik.
Awalnya pekarangan pribadinya hanya menjadi tempat kumpul kawan komunitas pendaki gunung yang saya geluti. Namun setelah melihat kondisi anak-anak yang lebih sering aktif di dunia internet dan khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Dia bersama kakak lelakinya berinisiasi membuka taman baca yang lengkap dengan kegiatan edukasi pada 16 Januari 2019.
“Waktu awal taman baca ini masih berupa perpustakaan saja. Kita keliling mencari aneka buku untuk disediakan. Walaupun sulit sekali mencarinya. Meski ada, itu pun masih berupa komik-komik. Dan belum ada kegiatan lain. Namun selang beberapa waktu kita hadirkan kegiatan belajar. Supaya minat mereka untuk membaca itu timbul,” tambah Rauf.
“Setelah mulai ada kegiatan baru namanya berubah menjadi TBM Edelweiss. Edelweiss berasal dari nama bunga yang biasanya tumbuh di wilayah pegunungan dengan memiliki makna keabadian. Sehingga itu juga jadi harapan kami ketika mendirikan taman baca ini: semoga tetap abadi sampai kapan pun,” lanjut Rauf.
Adapun kegiatan yang dihadirkan dalam TBM Edelweiss ialah program pembelajaran seperti Membaca Buku, Pendidikan Adab dan Karakter, Bahasa Arab dan Inggris, Matematika, Seni serta aneka Permainan Tradisional. Tidak lupa juga kegiatan peduli lingkungan. Jika seorang pengunjung bergeser sedikit dari taman baca tersebut, maka terlihat ada petakan kebun hidroponik hasil kegiatan belajar bersama dengan anak-anak.
Kebangkitan TBM ini patut diapresiasi meskipun ditengah pandemi Covid-19 seperti ini. Melalui bantuan donatur-donatur kebaikan, Tokopedia Salam, Dompet Dhuafa meluncurkan program “Bantu Negeri Masa Pandemi Covid-19”. Sebuah program yang berpusat pada peningkatan literasi di Indonesia dengan mengoptimalkan fungsi Taman Baca Masyarakat (TBM) sebagai upaya peningkatan minat baca di masa pandemi.
Ada tujuh titik yang menjadi sasaran, yakni Jakarta (TBM Edelweiss), Sukabumi (TBM Serasi) , Depok (TBM FAM), Bandung (TBM RBTSB), Subang (TBM Teras Ilalang), Tangerang (TBM Umah Ilmu), dan Cirebon TBM Titian Ilmu). Adapun bantuan yang diberikan ialah pendampingan dalam mengelola TBM, pengadaan sarana berupa laptop dan jaringan internet, pengadaan buku (school kit), serta pendampingan orang tua dan perangkat masyarakat untuk kampanye minat baca.
“Saat pandemi hadir, memang beberapa aspek menjadi terdampak semua. Di pendidikan khususnya yang menjadi kendala, keterbatasan siswa dalam memenuhi hak mendapatkan pendidikan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ), tidak semua siswa memiliki kesempatan dan akses yang sama. Kendalanya ada yang tidak memiliki gawai, dan tidak memiliki kapasitas dalam mengoperasikan gawai,” jelas Ahmad Faqih selaku General Manager Resource Mobilization ZISWAF Dompet Dhuafa, saat sela-sela sambutannya di TBM Serasi, Sukabumi.
Seperti TBM Edelweiss ini, selain pandemi ternyata perawatan TBM perlu usaha keras, “Perawatannya sendiri cukup sulit. Akibat wilayah di sini cukup berdekatan dengan laut. Maka air yang dihasilkan mengandung garam yang tinggi. Jadinya untuk air bersih kita memperoleh dengan membeli dari tukang air keliling atau air minum,” terang Rauf.
Tantangan terbesar masih terletak dalam menumbuhkan minat membaca anak-anak. Minat membaca tidak bisa dipaksakan. Ia harus tumbuh begitu saja. Untuk itu ia memberikan sesi belajar dalam waktu tiga bagian: sesi untuk jenjang PAUD dari jam 09:00 – 11:00 pagi. Sesi kedua untuk jenjang TK di rentang waktu 15:30 – 17:30. Dan terakhir untuk jenjang SD 19:30 – 20:30. Dengan total keseluruhan murid mencapai 50 anak.
“Melihat mereka datang untuk melihat-lihat buku saja sudah menjadi kebahagiaan bagi saya dan kawan-kawan. Apalagi kalau mereka sampai membaca satu buku dengan begitu khusyuknya. Di saat itu seolah pengajaraan yang dilakukan kami berhasil,” pungkas Rauf dengan semangatnya.