Jumat 20 Nov 2020 13:56 WIB

Ilmuwan Temukan Cahaya di Langit yang tak Diketahui Asalnya

Ilmuwan menemukan sumber cayaha yang belum

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta (ilustrasi).
Foto: www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandanglah langit malam. Jika Anda jauh dari lampu kota, Anda akan melihat bintang. Ruang di antara titik-titik terang bintang itu dipenuhi dengan kegelapan yang pekat. Beberapa astronom bertanya-tanya tentang sebenarnya seberapa gelap alam semesta ini?

"Apakah luar angkasa benar-benar hitam?" kata Tod Lauer, astronom dari National Optical Astronomy Observatory di Arizona.

Baca Juga

Ini pertanyaan sulit yang coba dijawab oleh para astronom selama beberapa dekade. Sekarang, Lauer dan peneliti lain dengan misi luar angkasa New Horizons NASA mengatakan bahwa mereka akhirnya dapat mencari jawabannya.

Mereka menggunakan pesawat ruang angkasa New Horizons yang melakukan perjalanan jauh melampaui planet kerdil Pluto. Publikasi penelitian ini akan segera muncul di The Astrophysical Journal.

New Horizons awalnya dirancang untuk menjelajahi Pluto. Namun,  setelah melewati planet kerdil itu pada tahun 2015, pesawat luar angkasa itu terus berjalan menuju Sauk Kuiper. Sekarang jarak wahana ini berada di lebih dari 4 miliar mil, hampir 50 kali lebih jauh dibandingkan jarak matahari ke Bumi.

Jauhnya jarak tempuh pesawat New Horizon berarti pesawat ruang angkasa jauh dari sumber utama kontaminasi cahaya. Asumsinya, tidak mungkin pesawat itu mendeteksi sinyal cahaya apa pun.

Di sekitar Bumi dan tata surya bagian dalam, ruang angkasa dipenuhi dengan partikel debu yang diterangi oleh matahari. Ini menciptakan pancaran cahaya menyebar ke seluruh langit. Tapi debu itu bukanlah masalah di mana New Horizons berada. Di luar sana, dengan jarak yang bgeitu jauh dari matahari, pantulan sinar jauh lebih lemah.

Untuk mencoba mendeteksi cahaya redup alam semesta, para peneliti memeriksa gambar yang diambil dengan teleskop dan kamera sederhana pesawat New Horizons.

"Gambar-gambar itu semuanya dari apa yang Anda sebut langit kosong. Ada taburan bintang redup, ada taburan galaksi yang redup, tapi terlihat acak," kata Lauer.

Mereka memproses gambar-gambar ini untuk menghilangkan semua sumber cahaya tampak yang diketahui. Setelah mereka mengurangi cahaya dari bintang-bintang, ditambah cahaya yang tersebar dari Bima Sakti dan cahaya yang menyimpang yang mungkin disebabkan oleh kamera, tersisa cahaya yang masuk dari luar galaksi kita sendiri.

Mereka kemudian melangkah lebih jauh lagi. Tim mengurangi cahaya yang bisa mereka kaitkan dengan semua galaksi yang diperkirakan berada di luar sana. Dan ternyata, setelah itu dilakukan, masih banyak cahaya yang belum terjelaskan.

"Faktanya, jumlah cahaya yang datang dari sumber misterius hampir sama dengan semua cahaya yang masuk dari galaksi yang diketahui," kata Marc Postman, astronom dari Space Telescope Science Institute di Baltimore.

Jadi mungkin, kata dia, ada galaksi tak dikenal di luar sana atau sumber cahaya lain yang kita belum tahu apa itu.

Beberapa tahun lalu, Zemcov dan beberapa rekannya menganalisis data New Horizons dengan cara yang sama. Dengan menggunakan lebih sedikit gambar, mereka membuat pengukuran yang kurang tepat, tetapi masih kompatibel dengan hasil saat ini.

Dia mengatakan selama 400 tahun, para astronom telah mempelajari cahaya tampak dan langit secara serius, namun entah bagaimana tampaknya "kehilangan separuh cahaya di alam semesta."

Jadi darimana cahaya itu berasal? Mungkin, katanya, ada jauh lebih kecil, galaksi katai redup dan wilayah samar lainnya di pinggiran galaksi yang tidak dapat dideteksi oleh instrumen seperti Teleskop Luar Angkasa Hubble sehingga para ilmuwan tidak menyadarinya. Atau mungkin ada lebih banyak debu di luar sana yang mengganggu pengukuran daripada yang diperkirakan para ilmuwan.

Bisa jadi pula ada beberapa fenomena yang tidak diketahui di alam semesta yang menciptakan cahaya tampak. Bahkan mungkin itu adalah sesuatu yang terkait dengan materi gelap, suatu bentuk materi misterius yang memberikan tarikan gravitasi pada materi yang terlihat tetapi tidak pernah terlihat secara langsung.

"Sebagai orang yang mempelajari alam semesta, saya sangat ingin tahu dari apa alam semesta dibuat dan apa saja komponen alam semesta," kata Postman.

"Kami ingin berpikir bahwa komponen yang mengeluarkan cahaya adalah sesuatu yang benar-benar dapat kami pahami dan pahami mengapa ada begitu banyak cahaya."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement