Jumat 20 Nov 2020 15:42 WIB

Mahasiswa UMM Gagas Aplikasi E-Nasyid

Pemilihan metode nasyid ini diasumsikan memudahkan anak-anak dalam belajar.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggagas aplikasi e-Nasyid.
Foto: Dok. Humas UMM
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggagas aplikasi e-Nasyid.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pandemi Covid-19 turut menghambat pendidikan nonformal seperti di Taman Pendidikan Quran (TPQ). Anak-anak tak bisa lagi belajar di TPQ dan memperdalam agama, seperti belajar tajwid.

Berangkat dari kondisi ini, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dari berbagai jurusan yakni Safira Rahmadita Ismara, Devi Mellysafitri, Muhammad Natsir Hentihu, dan L. Yasril Ilham membuat sebuah inovasi. Para mahasiswa ini menggabungkan metode mengaji dan teknologi bertajuk “Metode Nasyid Berbasis Articulate Storyline”. Kemudian mereka menerapkan metode tersebut di TPQ Shirotol Mustaqim.

TPQ Shirotol Mustaqim berlokasi di Desa Baamang Tengah, Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Sebagian besar peserta didik TPQ ini berusia 14 sampai 17 tahun.

Perwakilan kelompok, Safira Rahmadita Ismara menjelaskan, selama ini para peserta mengeluh karena tidak ada lagi kegiatan mengaji di TPQ. Padahal pembelajaran tajwid penting itu untuk dipelajari dalam memperdalam ilmu Alquran. "Jadi, kami tergerak untuk mencoba mengatasi masalah itu dengan pendampingan implementasi metode nasyid berbasis articulate storyline ini,” ungkap Safira.

Pemilihan metode nasyid ini diasumsikan memudahkan anak-anak dalam belajar. Pasalnya, gaya belajar anak-anak lebih condong ke hal-hal yang sifatnya audio-visual dan interaktif.elalui musik dan lirik yang mudah dihapal, peserta didik akan bisa memahami tajwid dengan baik.

Program ini dimulai dengan identifikasi masalah mitra melalui pre-test daringm Tahapan ini bertujuan untuk melihat kemampuan awal dari aspek makhorijul huruf, kelancaran, dan ketepatan membaca tajwid. "Kemudian, tim merevisi media sehingga hukum tajwid yang diselesaikan terlebih dahulu sesuai dengan hukum tajwid yang dialami oleh peserta didik," kata mahasiswa Prodi Matematika UMM ini.

Setelah pretest dan revisi, tim melaksanakan program pendampingan secara daring menggunakan Zoom Meeting. Peserta didik melihat tayangan media e-Nasyid lalu menirukannya. Di setiap akhir pertemuan, peserta diminta membaca beberapa ayat Alaquran sesuai hukum tajwid yang muncul.

Setelah semua materi hukum tajwid disampaikan, tim dan ustadz melakukan posttest. Tujuannya, untuk melihat apakah ada peningkatan pemahaman peserta setelah program berakhir. Kepuasan mitra juga dilihat melalui penyebaran angket.

Sejauh ini, kata Safira, metode yang digunakan kelompok telah memperlihatkan hasil memuaskan. Peserta di TPQ mitra mengalami peningkatan kemampuan pemahaman materi hukum tajwid  Respon mitra terhadap keseluruhan program juga sangat baik.

Sebagai tindak lanjut, Safira dan tim melakukan kaderisasi kepada pengelola TPQ. Lalu mengajak masyarakat di luar TPQ Shirotol Mustaqim untuk bergabung secara daring. Tim mempublikasikan program melalui media sosial, lalu merekrut peserta didik dengan rentang usia 12 hingga 17 tahun serta usia anak melalui pendampingan orang tua.

Dosen Pembimbing, Siti Khoiruli Ummah, mengaku bersyukur dan bangga atas capaian mahasiswanya. Apalagi, kegiatan ini punya luaran lain yakni HKI dan publikasi ilmiah. Hal ini jelas sangat bermanfaat bagi mahasiswa.

“Tidak hanya pengalaman, tetapi juga produk nyata yang berkontribusi untuk portofolio mereka,” jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement