Jumat 20 Nov 2020 15:59 WIB

BPPTKG: Aktivitas Gunung Merapi Makin Tinggi

Magma sudah semakin ke permukaan tetapi belum sampai muncul di puncak Merapi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kaliurang, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (18/11/2020).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kaliurang, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (18/11/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyampaikan aktivitas Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta semakin tinggi. Masyarakat diminta lebih meningkatkan kewaspadaan.

Gempa multiphase Gunung Merapi per Jumat ini semakin tinggi, dengan menunjukkan pergerakan magma sudah makin ke permukaan sekitar 1,5 kilometer. Demikian kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida.

Baca Juga

Keterangan itu disampaikan di sela menghadiri acara kunjungan Kepala BNPB Doni Monardo, di Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) Desa Tlogolele Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jateng, Jumat. Menurut Hanik, hal tersebut terdeteksi dari kegempaan multiphase (MP) sudah tinggi dan magma betul-betul sudah semakin ke permukaan tetapi belum sampai muncul di puncak Merapi.

Hanik mengatakan risiko ancaman tertinggi dimulai dari batas barat laut, barat, hingga ke tenggara. Daerah yang ada di posisi barat laut ke tenggara dari Gunung Merapi ini diharapkan lebih meningkatkan kewaspadaan. Namun, warga di daerah utara dan timur laut hingga timur juga tidak boleh kehilangan kewaspadaan.

"Potensi bahaya arah letusan Merapi utamanya masih ke Kali Gendol. Akan tetapi karena guguran dari puncak berkali-kali ke arah barat dan barat laut, maka ada potensi juga ke Kali Lamat dan Senowo," kata Hanik.

Namun, bentuk erupsinya seperti apa hingga saat ini menurut data tidak menunjukkan kejadian seperti pada 2010. Kondisi ini tidak perlu sangat dikhawatirkan tetapi harus tetap meningkatkan kewaspadaan.

Kendati demikian, jika terjadi erupsi atau membawa awan panas atau letusan MAKA itu menjadi sesuatu yang berbahaya. Namun, aktivitas Merapi menunjukkan data tidak seperti kejadian 2010. "Kalau prediksi kami, data seperti kejadian erupsi 2006 tetapi lebih besar sedikit," kata Hanik.

Hanik menjelaskan soal pertumbuhan kubah lava di puncak Merapi belum ada yang menuju ke permukaan. Jadi belum ada kubah lava baru di puncak Merapi.

Gunung Merapi hingga saat ini jarak amannya masih dalam batas maksimum lima kilometer dari puncak Merapi. Posisi magma yang jelas sudah lebih dangkal, kurang dari 1,5 kilometer dari puncak Merapi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement