REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dan Taiwan resmi menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi selama lima tahun ke depan meskipun terdapat keberatan dari China atas dukungan Washington untuk Taipei. Kesepakatan tersebut dilakukan dalam pertemuan tingkat tinggi kedua negara tersebut.
Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (21/11), perjanjian tersebut ditandatangani setelah putaran pertama pembicaraan ekonomi di Washington pada Jumat (20/11). AS dan Taiwan sepakat memprioritaskan kerja sama strategis pada industri semikonduktor.
Dalam pembicaraan yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri AS Keith Krach dan Menteri Taiwan John Deng, kerja sama tersebut juga akan mendorong kolaborasi lebih lanjut dalam menjaga rantai pasokan dan keamanan. Begitu juga dengan teknologi, 5G, dan keamanan telekomunikasi serta kesehatan global.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan perjanjian tersebut dapat diperpanjang lima tahun lagi setelah MOU tersebut selesai. Joseph yakin perjanjian tersebut akan didukung oleh pemerintahan AS berikutnya.
Sebelumnya, sebanyak 50 senator pada Oktober 2020 menandatangani surat yang mendesak Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer untuk memulai pembicaraan dengan Taipei. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan kesepakatan perdagangan akan semakin memperkuat ekonomi.
Tekanan pada Lighthizer untuk memulai pembicaraan perdagangan telah meningkat sejak Tsai mencabut pembatasan Taiwan atas impor daging babi dan daging sapi AS pada Agustus 2020. Para tokoh politik juga mendesak Kantor Perwakilan Dagang AS untuk memulai pembicaraan dengan Taiwan.
Sementara itu, China telah berulang kali mengisyaratkan ketidaksenangannya atas peningkatan hubungan antara Washington dan Taipei. Ketika Krach mengunjungi Taiwan pada bulan September, China menyebut perjalanan tersebut sebagai provokasi politik dan mengirim pesawat militer melewati garis tengah Selat Taiwan.