Senin 23 Nov 2020 16:13 WIB

Tebing Lava Sisa 1954 di Merapi Alami Guguran

Material jatuh ke dalam kawah dan tidak berpengaruh ke aktivitas Merapi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Gunung Merapi saat pagi terlihat dari Tligolele, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (23/11). Sejak naik status Siaga Gunung Merapi, warga melakukan ronda malam secara bergantian. Selain untuk memantau kondisi Gunung Merapi juga untuk menjaga keamanan desa.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Gunung Merapi saat pagi terlihat dari Tligolele, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (23/11). Sejak naik status Siaga Gunung Merapi, warga melakukan ronda malam secara bergantian. Selain untuk memantau kondisi Gunung Merapi juga untuk menjaga keamanan desa.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN --  Aktivitas kegempaan di Gunung Merapi tercatat masih tinggi sejak status Siaga ditetapkan 5 November 2020 lalu. Kegempaan dangkal yang dominan terjadi dari aktivitas kali ini mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak.

Hal ini terjadi pada 22 November 2020 pagi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, guguran tebing lava lama terpantau dari CCTV pengamatan Gunung Merapi yang dipasang di Deles pada 06.50 WIB.

Tercatat seismogram beramplitudo 75 milimeter dan durasi 82 detik. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, guguran berasal dari tebing lava 1954 di dinding kawah utara. Material jatuh ke dalam kawah dan tidak berpengaruh ke aktivitas Merapi.

"Guguran seperti ini merupakan kejadian biasa yang terjadi saat Merapi mengalami kenaikan aktivitas jelang erupsi. Masyarakat diimbau tetap tenang dan mematuhi rekomendasi BPPTKG, arahan BPBD dan pemda setempat," kata Hanik, Senin (23/11).

Ia menerangkan, pada periode pengamatan 22 November 2020 hingga 24.00 terpantau telah terjadi 50 gempa guguran. Lalu, 81 kali gempa hembusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa tektonik jauh.

Selain itu, pada periode pengamatan 13-19 November 2020, tercatat 262 kali gempa vulkanik dangkal, 1.939 kali gempa fase banyak, tujuh kali gempa low frekuensi, 441 kali gempa guguran, 352 kali gempa hembusan dan delapan kali gempa tektonik. "Intensitas kegempaan pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan pekan lalu," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement