REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Penjualan pakaian bekas secara daring atau online thrift store merupakan bisnis yang kian digemari kaum milenial. Pasalnya, untuk memulai bisnis ini tidak diperlukan modal awal yang banyak.
"Memasuki awal tahun 2020 ini tren fesyen era 80 dan 90 kembali diminati kalangan muda, bersamaan dengan kampanye mengurangi pemakaian produk fast fashion," kata Ade Nurma Effendi, seorang pemilik online thrift store, di Bandarlampung, Selasa (24/11).
Fast fashion sendiri adalah pendekatan terhadap desain, kreasi, dan pemasaran dari gaya pakaian yang menekankan pada pembuatan tren pakaian yang cepat dan murah bagi konsumen. Fenomena inilah yang membuat beberapa anak muda terinspirasi untuk memulai bisnis pakaian bekas, katanya.
Ade yang seorang mahasiswi ini memulai bisnis pada Mei tahun 2019. Ia hanya bermodalkan uang saku yang ia sisihkan.
"Untuk modal awal saya hanya menggunakan uang saku yang saya sisihkan," katanya.
Ade menjelaskan, ide memulai bisnis pakaian bekas ini muncul karena dia awalnya suka berbelanja pakaian bekas secara online. Kemudian melihat di Bandarlampung masih sedikit yang menjual pakaian bekas secara daring.
"Ide memulai bisnis ini muncul karena saya yang senang belanja pakaian, kebetulan teman saya mengajak untuk membuka bisnis pakaian bekas ini secara online. Selain itu, di Bandarlampung masih sedikit yang menjual pakaian bekas secara online," jelasnya.
Ade menjelaskan, untuk mendapatkan pakaian bekas yang layak untuk dijual, ia turun sendiri ke pasar dan memilih pakaian yang sesuai dengan seleranya. Pada awalnya Ade hanya membeli sekitar lima buah pakaian menggunakan uang saku yang ia sisihkan, lalu ia jual ke teman-teman kuliahnya melalui instagram pribadinya.
Lama kelamaan peminat pakaian bekas yang dijual Ade semakin banyak dan ia mencoba membuka akun instagram khusus bisnis online-nya. Untuk mengembangkan bisnis pakaian bekas online, Ade menggunakan fitur instagram ads untuk mengiklankan produk-produknya. Selain itu, ia juga menggunakan jasa paid promote atau promosi berbayar di akun-akun instagram.
Sampai saat ini pembeli yang membeli pakaian di toko online Ade sudah sampai ke kota Papua. Pesanan meningkat di masa pandemi COVID-19.
"Di masa pandemi COVID-19 ini pesanan jadi meningkat, mungkin karena orang-orang merasa bosan di rumah dan iseng melihat-lihat toko online di instagram dan berujung jadi membeli pakaian saya," katanya.
"Pakaian yang saya beli dari pasar sebelumnya saya cuci bersih dulu dan disetrika, jadi pembeli tidak perlu takut karena kebersihan tetap terjaga", katanya lagi.
Ade mempromosikan bisnis pakaian bekasnya melalui instagram dengan nama localthriftstore dan jumlah pengikut yang sudah mencapai 25 ribu. Harga pakaian bekas yang dijual Ade kisaran Rp60 ribu sampai Rp120 ribu per potong.